Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuhan Khashoggi, Politisi AS Sebut Gedung Putih Jadi Jubir MBS

Kompas.com - 21/11/2018, 14:32 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mendukung Arab Saudi sejak kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi mencuat menuai kecaman di mana-mana.

Kecaman itu datang tidak saja dari Partai Demokrat, tetapi juga dari Republik yang notabene merupakan sekutu Trump. Hal itu antara lain Senator Bob Corker yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Luar Negeri Senat AS, seperti dikutip AFP, Selasa (20/11/2018).

Baca juga: Kasus Pembunuhan Khashoggi, Iran Ejek Pernyataan Trump

"Saya tak menyangka bakal mengalami hari di mana Gedung Putih menjadi juru bicara Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS)," keluh Corker di Twitter.

Selain Corker, dua politisi Republik lain, Jeff Flake dan Rand Paul, juga menulis twit kecaman mereka kepada presiden 72 tahun tersebut.

"Sekutu yang baik tak akan membunuh jurnalis. Sekutu yang baik tak bakal menjebak warganya sendiri dan membunuh mereka," kata Flake.

"Saya yakin pernyataan itu merupakan Saudi Arabia First, bukanlah America First," tutur Paul merujuk kepada jargon kampanye Trump.

Paul menyerukan agar Kongres AS bertindak dengan tidak meluluskan penjualan senjata kepada Riyadh sehingga bisa dipakai menghancurkan warga sipil lainnya.

Senator Demokrat Dianne Feinstein menegaskan bakal menghalangi segala bentuk penjualan senjata kepada Saudi di masa depan.

"Hak asasi manusia lebih dari sekadar kata-kata. Kalimat itu berarti sesuatu bahwa kami harus bertindak dan mencegah pembunuhan dari negara lain," tegas Feinstein via Al Jazeera.

Mantan Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) John Brennan berujar di Twitter dengan menyebut Trump begitu cakap dalam ketidakjujuran.

Apalagi, suami Melania itu sempat mengucapkan bahwa data dari CIA tidaklah menentukan kebijakannya terkait negara kaya minyak tersebut.

CIA, seperti dilaporkan The Washington Post, meyakini MBS yang memberikan perintah untuk membunuh jurnalis 59 tahun tersebut.

Baca juga: Terungkap, Begini Percakapan Jamal Khashoggi Sebelum Dibunuh

Brennan meminta Kongres untuk meninjau data CIA mengenai pembunuhan Khashoggi. "Tidak ada orang di Saudi, termasuk putra mahkota sekalipun, yang bisa lolos dari hukum," katanya.

Sementara CEO The Post Fred Ryan menuturkan, Trump jelas-jelas menempatkan kepentingan pribadi dalam mempertahankan hubungan dengan Riyadh.

"Trump benar ketika berkata dunia tidak aman. Sikap lunaknya pada kasus pembunuhan Khashoggi bakal semakin memperburuk keadaan," tegas Ryan.

Presiden ke-45 dalam sejarah AS itu memilih untuk mempertahankan relasi karena beberapa alasan. Salah satunya adalah investasi 450 miliar dollar AS atau sekitar Rp 6.568 triliun.

Dari total nominal itu, 110 miliar dollar AS atau Rp 1.604 triliun dihabiskan untuk membeli persenjataan dari Boeing, Lockheed Martin, maupun Raytheon.

"Tentu nominal belanja itu bakal menciptakan ratusan ribu lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekonomi Amerika," beber Trump.

"Jika kami gegabah memutus kontrak itu, pihak yang bakal mengambil keuntungan adalah Rusia serta China," papar Trump.

Selain itu, Saudi selama ini telah menjaga harga minyak dunia tetap stabil. Dia berujar harga minyak bakal meroket jika Washington bertindak ceroboh.

Baca juga: Trump: Kasus Pembunuhan Khashoggi Tak Pengaruhi Hubungan AS-Saudi

Khashoggi yang merupakan kolumnis The Post dibunuh pada 2 Oktober di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, saat mengurus dokumen pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz.

Ketika kasus itu mencuat, Riyadh bersikukuh jurnalis berusia 59 tahun itu telah meninggalkan gedung sebelum akhirnya mengakui dia tewas dalam pembunuhan berencana.

Dalam pernyataan resmi pekan lalu, Kantor Jaksa Saudi menyatakan, Khashoggi ditangkap oleh tim beranggotakan 15 orang dan dibunuh dengan obat bius dosis tinggi.

Jenazahnya kemudian dimutilasi dan diserahkan kepada seorang agen yang telah menunggu di luar gedung. Saudi menegaskan telah menahan 21 orang yang diduga terlibat.

Lima di antaranya bakal dituntut hukuman mati karena dianggap merencanakan serta melaksanakan pembunuhan terhadap Khashoggi.

Keterangan itu dibantah kolumnis harian Turki Hurriyet, Abdulkadir Selvi, yang telah mendengarkan bukti rekaman pembunuhan.

Dampak dari kasus pembunuhan itu, sejumlah pangeran Dinasti Saudi dilaporkan mulai menginginkan MBS lengser dari jabatan putra mahkota.

Baca juga: AS Susun Rencana untuk Selamatkan MBS dalam Skandal Khashoggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com