Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswi Bawa Senapan Otomatis Saat Diwisuda di Kampusnya

Kompas.com - 18/05/2018, 15:08 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber BBC

CINCINNATI, KOMPAS.com - Foto seorang perempuan muda yang menyandang senapan serbu saat menghadiri wisuda memicu perdebatan netizen pengguna media sosial.

Perempuan itu, Kaitlin Bennett lulus dari Fakultas Biologi Universitas Kent, Ohio. Sehari kemudian, perempuan 22 tahun itu kembali ke kampus sambil menyandang senapan semi-otomatis AR-10.

Sambil menyandang senapan itu, Kaitlin berpose di depan gerbang kampus sambil memegang topi wisuda yang ditulisi kata-kata "come and take it".

Kaitlin, yang kemudian mengunggah foto itu ke Twitter, mengatakan pose sambil membawa senapan itu adalah bagian protesnya terhadap kebijakan kampus.

Baca juga: Bawa Senapan Serbu dan 100 Amunisi ke Sekolah, Remaja Ini Ditangkap

Pengelola kampus melarang mahasiswa, dosen, dan staf universitas membawa senjata mematikan ke dalam lingkungan kampus.

Ironisnya, larangan itu tak berlaku bagi "orang luar" yang tetap diizinkan membawa senjata api di lingkungan kampus meski senjata harus ditinggalkan saat memasuki gedung.

Kaitlin menegaskan, Universitas Kent pernah menjadi lokasi di mana "empat mahasiswa tewas dibunuh pemerinta", terkait bentrok antara tentara dan mahasiswa yang memprotes Perang Vietnam pada 1970.

Dalam insiden itu, tentara melepaskan tembakan yang mengenai 13 orang mahasiswa dan pejalan kaki  yang kebetulan melintas.

Twit Kaitlin itu kemudian di retweet sebanyak 4.800 kali dan mendapatkan likes 19.000 kali. Tak hanya itu, komentar ini mendapat banyak tanggapan baik positif maupun negatif.

Kaitlin kemudan menjelaskan soal dirinya dan aksinya itu lewat sejumlah wawancara dan media sosial.

Dalam sebuah posting di Facebook, Kaitlin mengatakan, dia tengah mempromosikan "hak untuk melindungi diri sendiri".

Kaitlin mengatakan, dia memilih AR-10, versi lebih kuat dari AR-15 yang menjadi kontroversial karena digunakan dalam penembakan massal di SMA Parklan dan SD Newton.

Selain itu, lanjut Kaitlin, senjata tersebut amat serasi dengan gaun warna putih dan sepatu hak tinggi yang dikenakannya.

"Sebagai perempuan, saya menolak menjadi korban dan amandemen kedua memastikan bahwa saya memiliki hak untuk tak menjado korban," kata Kaitlin lewat Twitter.

Sejumlah pendapat mengatakan, di saat Amandemen Kedua melindungi hak memiliki senjata tetapi hak tersebut tetap dapat diatur sesuai hukum.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com