Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan Suriah Pakai Senjata Kimia, Trump Janjikan Respons "Terkuat"

Kompas.com - 10/04/2018, 16:08 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji, dia bakal memberikan tindakan paling kuat terhadap Suriah.

Pernyataan tersebut dilontarkan Trump pada pertemuan kabinet di Washington, seperti diberitakan AFP Selasa (10/4/2018).

Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB Senin (9/4/2018), Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mendesak dilakukan penindakan terhadap rezim Bashar al-Assad.

Sebab, mereka diduga menggunakan gas beracun jenis klorin maupun sarin di Douma, kantong pertahanan terakhir pemberontak di Ghouta Timur.

Dalam operasi yang dilakukan pekan lalu, sebanyak 70 orang warga sipil dilaporkan tewas hanya dalam waktu 24 jam.

Baca juga : Trump Beri Peringatan soal Dugaan Serangan Racun Kimia di Suriah

Selain itu, sebanyak 11 orang tercatat mengalami masalah di pernapasan mereka. Damaskus menyebut laporan tersebut adalah rekayasa dari pemberontak.

"Kita telah mencapai momen ketika dunia harus menyaksikan keadilan ditegakkan," tegas Haley dalam pertemuan DK PBB tersebut.

Dalam makan malam dengan sejumlah jenderal, Trump menyebut AS mempunyai sejumlah opsi militer untuk melawan rezim Assad.

"Kami bakal segera memberi tahu Anda secepatnya. Kemungkinan setelah fakta yang ada berhasil dikumpulkan," beber Trump kepada awak media.

Hal yang sama juga disuarakan oleh Perancis melalui juru bicara pemerintahan, Benjamin Griveaux.

"Jika ditemukan rezim Assad menjadi dalang dari serangan di Ghouta Timur, jelas bakal ada aksi pembalasan," tegas Griveaux.

Baik AS, Perancis, maupun Inggris berujar, mereka siap untuk melakukan aksi dengan atau tanpa seizin Dewan Keamanan PBB.

Adapun dewan keamanan bakal menggelar pemungutan suara terkait proposal resolusi yang menginginkan adanya penyelidikan dugaan Suriah menggunakan gas beracun.

Baca juga : Duta Besar AS untuk PBB: Dunia Harus Menyaksikan Keadilan di Suriah

Namun, seperti diberitakan oleh AFP, resolusi tersebut bisa batal jika sekutu utama Suriah, Rusia, menggunakan hak veto-nya.

Dubes Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia berkata, dia memprediksi AS bakal menggunakan opsi militer jika voting tidak berhasil.

"Jika mereka benar-benar melakukannya, maka saya takutkan hal itu bakal menjadi sesuatu yang sangat berbahaya," kata Nebenzia.

Sementara itu, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengumumkan telah melakukan investigasi terhadap kasus gas beracun di Douma.

"Namun, penyelidikan yang kami lakukan baru sebatas analisis awal," kata OPCW dalam keterangan resminya.

Sejak 18 Februari, rezim Assad telah membombardir kawasan Ghouta, dan telah menewaskan lebih dari 1.700 warga sipil.

Akhir Maret lalu, Suriah dan Rusia melakukan negosiasi tiga kelompok pemberontak yang tersisa di Ghouta.

Minggu (8/4/2018), media pemerintah Suriah mengonfirmasi kalau Jaish al-Islam, pemberontak terakhir di Douma, setuju untuk meninggalkan kota dalam 48 jam ke depan.

Baca juga : Serangan Pasukan Suriah Diduga Pakai Gas Racun, 70 Warga Sipil Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com