Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genap 5 Tahun Menjabat, Ini 5 Keputusan Penting Paus Fransiskus

Kompas.com - 13/03/2018, 19:12 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

VATICAN CITY, KOMPAS.com - Hari ini Selasa (13/3/2018), genap lima tahun Jorge Maria Bergoglio mengambil nama Fransiskus, dan menerima tugas sebagai Pemimpin Gereja Katolik Roma.

Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin tersebut telah membuat beberapa keputusan penting dan sering menjadi sorotan.

Dilansir beberapa sumber, berikut adalah lima keputusan yang dilakukan paus berusia 81 tahun tersebut selama lima tahun menjabat:

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Paus Fransiskus Resmi Pimpin Gereja Katolik

Paus Fransiskus bertemu dengan Presiden Kuba Raul Castro dalam pertemuan tertutup di Vatikan, 10 Mei 2015.AP Paus Fransiskus bertemu dengan Presiden Kuba Raul Castro dalam pertemuan tertutup di Vatikan, 10 Mei 2015.

1. Memulihkan Hubungan Kuba dan AS
Paus Fransiskus menjadi sosok penting akan negosiasi rahasia yang dilakukan antara Amerika Serikat (AS) dengan Kuba sepanjang Desember 2014.

Vatikan dalam keterangan resminya saat itu berujar, Fransiskus secara pribadi memediasi kedua pihak, dan menjadi tuan rumah bagi delegasi kedua negara.

Langkah tersebut, diwartakan Beliefnet.com, berujung positif. Pada 14 April 2015, AS mengumumkan bakal mencabut Kuba dari daftar negara teroris.

Pengumuman itu kemudian terkonfirmasi saat 29 Mei 2015. Kedua negara melakukan pertukaran tawanan, dan mengakhiri ketegangan selama lima dekade terakhir.

Pemimpin Kuba, Raul Castro secara khusus berterima kasih kepada Fransiskus yang telah membantu mencairkan ketegangan di antara dua negara.

Baca juga : Castro Berterima Kasih kepada Paus atas Upaya Rekonsiliasi dengan AS

Paus Fransiskus (paling kanan) berdoa bersama para pengungsi Rohingya di Dhaka, Bangladesh. Untuk pertama kalinya, paus 80 tahun mengucapkan Rohingya setelah selama empat hari terakhir tidak mengatakannya di Myanmar (1/12/2017).MUNIR UZ ZAMAN/AFP Paus Fransiskus (paling kanan) berdoa bersama para pengungsi Rohingya di Dhaka, Bangladesh. Untuk pertama kalinya, paus 80 tahun mengucapkan Rohingya setelah selama empat hari terakhir tidak mengatakannya di Myanmar (1/12/2017).

2. Mengucapkan Kata "Rohingya"
Paus Fransiskus mengucapkan kata "Rohingya" ketika menerima perwakilan pengungsi itu di Dhaka, Bangladesh, pada 1 Desember 2017.

"Hari ini, kehadiran Tuhan juga berada dalam diri rakyat Rohingya," ujar Fransiskus dalam doa bersama para pengungsi.

Itu merupakan pertama kalinya Fransiskus mengucapkan "Rohingya" sejak menggelar kunjungan ke Myanmar dan Bangladesh pada 27 November 2017.

Di Myanmar, paus ke-266 dalam sejarah gereja Katolik tersebut mengganti "Rohingya" dengan "tragedi kemanusiaan yang tengah terjadi di Myanmar".

Sebelum bertolak ke Myanmar, Fransiskus telah mendapat masukan untuk tidak menyebut Rohingya karena dikhawatirkan bakal memunculkan sentimen negatif.

Bagi masyarakat Myanmar, Rohingya dipandang sebagai "Bengalis", alias imigran gelap dari Bangladesh.

Baca juga : Akhirnya, Paus Fransiskus Ucapkan Rohingya

3. Reformasi Bank Vatikan
Di saat usia jabatannya masih satu tahun, Paus Fransiskus melakukan langkah yang berani dengan merombak Karya Keagamaan, atau yang lebih dikenal dengan Bank Vatikan.

Pada 15 Januari 2014, Fransiskus mengganti empat dari lima kardinal yang menduduki jabatan sebagai komisaris bank.

Selain itu, pada Juni 2014, dia memutuskan untuk memberhentikan seluruh anggota dewan regulator keuangan Vatikan.

Langkah tersebut diambil setelah pada masa kepemimpinan Paus Benediktus XVI, Bank Vatikan diduga melakukan praktik korupsi dan pencucian uang.

Salah satu pejabat yang dilengserkan, Kardinal Tarcisio Bertone dianggap lemah dalam pengawasan yang memungkinkan terjadinya skandal keuangan.

"Saya bakal menutup bank tersebut jika reformasi yang dijalankan tidak membuahkan hasil, atau terlalu sulit ditangani," kata Fransiskus saat itu.

Baca juga : Paus Fransiskus Pecat Empat Kardinal Komisaris Bank Vatikan

Paus Fransiskus (dua dari kiri) bersama Presiden Palestina Mahmoud Abbas (kiri), dan Presiden Israel Shimon Peres (dua dari kanan) ketika berada di Vatikan Juni 2014.Catholicherald.co.uk Paus Fransiskus (dua dari kiri) bersama Presiden Palestina Mahmoud Abbas (kiri), dan Presiden Israel Shimon Peres (dua dari kanan) ketika berada di Vatikan Juni 2014.
4. Soal LGBT
Fransiskus mengambil sikap untuk mengakui hak LGBT sebagai manusia. Dia secara pribadi berpandangan kalau gereja seharusnya meminta maaf kepada LGBT karena sudah mempersekusi mereka.

Pendapat itu dilontarkannya saat 26 Juli 2016. Sebelumnya pada 2013, Fransiskus pernah berkata kalau gereja tidak boleh memarjinalkan gay sebagai manusia.

"Jika dia memang mencari Tuhan dengan niat tulus, siapakah saya sampai harus menghakimi mereka?" kata Fransiskus.

Meski begitu, Fransiskus dilaporkan pernah menolak diplomat senior Perancis untuk menjadi Duta Besar untuk Vatikan pada April 2015.

Saat itu, Laurent Stefanini dinominasikan pada awal Januari 2015 oleh Presiden Francois Hollande, dan diklaim sebagai salah satu diplomat terbaik Perancis.

Namun, surat kepercayaan yang diberikan kepada Vatikan tidak direspon lebih dari 1,5 bulan. Biasanya, kondisi tersebut bisa diartikan sebagai penolakan.

Media-media di Negeri Anggur saat itu mengabarkan, Stefanini ditolak oleh Paus Fransiskus sendiri karena dia gay.

Baca juga : Paus: Gereja Katolik Seharusnya Minta Maaf kepada Kaum Gay

5. Undang Presiden Israel dan Palestina untuk Berdoa Bersama
Pada 8 Juni 2014, Paus Fransiskus mengundang secara khusus Presiden Israel Shimon Peres, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke Vatikan.

Pejabat Vatikan saat itu menjelaskan, tidak motif politik yang terjadi dalam pertemuan antara Abbas dan Peres.

Fransiskus mengajak mereka berdoa bersama di Vatikan, dan menyerukan untuk menciptakan perdamaian memerlukan keberanian.

"Menanamkan di hati kita keberanian untuk mengambil langkah nyata untuk mencapai perdamaian," ujar Fransiskus saat itu seperti dilansir BBC.

Dalam pertemuan tersebut, Peres berkata kalau perdamaian merupakan sebuah misi yang suci. Adapun Abbas berharap perdamaian yang tercipta bisa adil dan menyeluruh.

Baca juga : Soal Israel-Palestina, Paus Fransiskus Puji Keberanian Peres dan Abbas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com