Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Keputusan Kontroversial Trump di Tahun Pertama Menjabat

Kompas.com - 21/01/2018, 05:10 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

 

4. Cabut Larangan Impor Satwa yang Dilindungi
15 November 2017, Trump mencabut larangan untuk mengimpor kepala gajah sebagai trofi berburu di Afrika.

New York Post melansir, Dinas Perikanan dan Satwa Liar AS menyatakan bahwa kepala gajah dari Zimbabwe dan Zambia bisa masuk ke Negeri Paman Sam.

"Perburuan yang diatur secara baik dan legal sebagai bagian dari program pengelolaan yang sehat dapat memberi manfaat bagi konservasi spesies tertentu," ujar dinas itu.

Selain kepala gajah, Trump juga mengizinkan pemburu untuk membawa pulang singa yang berhasil didapatkannya.

Sontak, keputusan tersebut langsung menuai reaksi keras dari aktivis perlindungan satwa liar.

Bahkan, pesohor Ellen DeGeneres sampai melakukan kampanye perlindungan gajah di akun Twitternya.

Desakan tersebut akhirnya membuat Trump menangguhkan keputusannya tiga hari berselang (18/1/2018).

Trump berujar, dia memilih untuk tidak meneruskan keputusannya sembari menunggu hasil studi tentang satwa liar yang dilindungi.

Baca juga : Trump Cabut Larangan Impor Kepala Gajah dari Afrika

Hasil pemungutan suara ditampilkan di hadapan anggota Majelis Umum PBB yang membatalkan pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel usai voting yang dilakukan di markas besar PBB, Kamis (21/12/2017).APF/SPENCER PLATT Hasil pemungutan suara ditampilkan di hadapan anggota Majelis Umum PBB yang membatalkan pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel usai voting yang dilakukan di markas besar PBB, Kamis (21/12/2017).

5. Akui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel
Di 6 Desember 2017, Trump mengumumkan pengakuannya bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel.

Dia juga menyatakan bakal segera memindahkan kedutaan besarnya di Tel Aviv ke Yerusalem.

"Pengakuan ini merupakan sebuah fakta penting untuk mencapai perdamaian," kata Trump saat itu dilansir oleh AFP.

Pernyataan tersebut langsung menuai kecaman dari seluruh komunitas internasional.

Faksi Palestina, Hamas, bahkan sampai menyerukan "Intifada", atau pemberontakan terhadap Israel.

Rakyat Palestina menanggapinya dengan melakukan demonstrasi, dan disertai dengan kerusuhan melawan aparat penegak hukum Israel.

Total, sejak pengakuan tersebut, jumlah korban warga Palestina yang tewas karena bentrok dengan militer Israel mencapai 12 orang.

Pasca-keputusan Trump, Dewan Umum PBB langsung menggelar rapat darurat untuk membahas pengakuan tersebut di 22 Desember 2017.

Hasilnya, 128 negara memutuskan menolak pengakuan itu. Hanya sembilan negara, termasuk AS dan Israel, yang mendukung.

Baca juga : Trump Akui Kedaulatan Israel dengan Ibu Kota Yerusalem

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com