Di Jepang, kewajiban melapor semacam ini diatur dalam Undang-Undang tentang Penyakit Menular.
Namun, laporan itu hanya akan mencantumkan data umum, seperti usia pasien dan jenis kelamin. Tak ada identitas lebih detail tentang pekerjaan ataupun kebangsaan pasien.
Shinjuku Ward
Penyebaran infeksi ini paling banyak terjadi di Shinjuku Ward, Tokyo. Wilayah tersebut memang dikenal sebagai lokasi hiburan malam di Tokyo.
Sebanyak 40 persen pasien sifilis yang terdata di Tokyo berasal dari daerah ini. Shinjuku Ward juga menyumbang angka 20 persen dari jumlah penderita sifilis di seluruh Jepang.
Menanggapi kondisi itu, otoritas kesehatan di Shinjuku Ward mendorong semua RS agar mau menanyakan latar belakang pasien.
Pertanyaan itu berkisar tentang apakah pasien bekerja di bisnis hiburan dan kebangsaan pasien tersebut.
Data tersebut diharapkan bisa memetakan "rute" utama penyebaran sifilis di Jepang.
Sementara itu, tim riset khusus yang dibentuk Pemerintah Jepang ditargetkan mampu menyelesaikan verifikasi tentang penyebaran infeksi itu pada akhir Maret tahun depan.
Makoto Onishi, Kepala Seksi bidang Bakteri di Institut Nasional Penyebaran Penyakit Menular Jepang, menjadi kepala tim khusus tersebut.
Onishi mengatakan, timnya berintensi untuk mengklarifikasi kelompok mana yang paling berisiko dalam penyebaran infeksi ini.
"Kami pun akan melakukan langkah edukasi kepada warga tentang bagaimana mencegah dan menangani penyebarannya," kata Onishi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.