"Saya ikut pemilihan umum di kampus dan saya terkejut karena saya menang dalam pemilihan itu, didukung oleh kelompok Pro-Mahasiswa. Saya berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan LSM dan menyaksikan gejolak dari sentimen pemilih menjelang Pemilihan Umum ke-13."
"Saya tergerak untuk terlibat dalam aksi kelompok #TangkapMO1 karena sejak Departemen Kehakiman AS mengungkapkan penemuannya, tidak ada satupun yang tergerak untuk merespons. Semua yang saya lakukan adalah untuk membuka mata orang-orang, tidak peduli siapapun, yang terpenting adalah orang Malaysia harus sadar (terhadap apa yang sedang terjadi di negaranya). Perempuan memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan kesadaran itu."
Ketenangan dan kemampuan Anis dalam berbicara dan berargumen mengimbangi kepandaiannya dalam mengatur dan memobilisasi massa.
Menjelang demonstrasi, dia memimpin pertemuan-pertemuan dengan LSM-LSM dan politisi dari partai oposisi, untuk membicarakan dan menyelesaikan agenda serta ego yang bermacam-macam.
Pemahaman Anis tentang peran mahasiswa mengembalikan ingatan pada kegiatan aktivis mahasiswa di era 60-an dan 70-an.
"Walaupun saya tahu bahwa saya memiliki tanggung jawab untuk belajar, kegiatan aktivis itu membantu kita memahami apa yang sudah kita pelajari. Mahasiswa adalah pemangku kepentingan yang kritis. Memang benar, kata ‘universitas’ memiliki kaitan dengan kata ‘universal’. "
"Semakin kita membuka mata rakyat, semakin kita menjadi satu."
Banyak orang di luar Malaysia merasa kebingungan dengan tingkat apatisme masyarakat Malaysia saat ini.
Apakah mereka peduli terhadap apa yang terjadi?
Atau apakah mereka sudah terbiasa dengan korupsi dan penyalahgunaan wewenang?
Anda boleh tidak setuju dengan kehidupan politiknya, namun Anis Syafiqah dan rekan-rekannya sangat jelas peduli terhadap arah negaranya.
Anak-anak muda ini bukanlah kelompok milenium yang hanya bisa berkeluh kesah lalu tidak melakukan apa-apa. Anis dan teman-temannya ingin membuat perubahan dan mereka memiliki keberanian atas keyakinan mereka.
Tentu saja, hal ini tidaklah mengejutkan mengingat UM memiliki sejarah yang panjang terkait aktivisme mahasiswa. Banyak alumnusnya (salah satunya Anwar Ibrahim) telah menjadi pemimpin partai politik dari dua sisi yang terbelah.
Kehadiran Anis Syafiqah dan teman-temannya memperbaharui tradisi universitas tersebut.
Ketika saya hendak mengakhiri obrolan, saya terpana dengan caranya menggunakan bahasa secara elegan, dan bagaimana dia menghadapi tantangan hidup di tengah ketatnya kontrol pemerintah Malaysia.
Dia menceritakan kepada saya bagaimana dia berhadapan dengan pihak berwenang. Dia berkata, "Saya tidak mengatakan bahwa saya akan melanjutkan atau menghentikan apa yang saya sedang perbuat. Namun, saya akan memikirkan langkah terbaik apa yang dapat dilakukan, dan saya akan melakukannya."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.