Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Kunjung Diterima Uni Eropa, Turki Lirik Blok Ekonomi Pimpinan Rusia

Kompas.com - 20/11/2016, 19:16 WIB

ISTANBUL, KOMPAS.com - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki seharusnya tak terpaku untuk bergabung dengan Uni Eropa dan mempertimbangkan untuk bergabung dengan Pakta Shanghai.

Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), atau lebih dikenal dengan nama Shanghai Pact, adalah sebuah blok kerja sama keamanan dan ekonomi longgar yang dipimpin Rusia dan China.

Anggota lain blok ekonomi ini adalah Kazakhstan, Kyrgystan, dan Tajikistan, yang semuanya adalah negara-negara bekas Uni Soviet.

Pernyataan Erdogan ini muncul di saat harapan Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa sejak satu dekade lalu mencapai titik nadir, sebagai hasil dari kudeta militer yang gagal pada 15 Juli lalu.

"Turki seharusnya sejak awal merasa santai dan tak terpaku pada Uni Eropa," kata Erdogan kepada para jurnalis dalam perjalanan menuju Uzbekistan.

"Beberapa orang mungkin mengkritik saya tetapi saya hanya menyampaikan pendapat. Contohnya, saya katakan mengapa Turki tak bergabung dengan Shanghai 5" tanya Erdogan.

Erdogan menambahkan, dia sudah mendiskusikan ide ini dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev.

Sudah beberapa kali Erdogan melayangkan rencana membawa Turki bergabung dengan SCO, sebuah langkah yang bisa menghancurkan upaya negeri itu bergabung dengan Uni Eropa.

Namun, prospek menjadi anggota SOC sempat nyaris buyar ketika tentara Turki menembak jatuh jet tempur Rusia pada November tahun lalu.

Media Turki mengabarkan pada Agustus lalu, Presiden Nazarbayev menjadi mediator antara Ankara dan Moskwa untuk menyelesaikan perselisihan mereka.

Turki secara resmi melamar untuk menjadi anggota Uni Eropa pada 1987 dan pembicaraan untuk membahas permohan Turki baru dimulai pada 2005.

Padahal, aspirasi Ankara untuk masuk ke blok ekonomi Eropa itu sudah diidamkan sejak 1960-an.

Namun, langkah keras pemerintahan Erdogan terhadap para tersangka pelaku kudeta membuat Brussels melayangkan kritik dan meminta Ankara tetap dalam koridor HAM dan kebebasan warga.

Maret lalu Uni Eropa dan Turki sepakat mempercepat pembicaraan soal keanggotaan sebagai imbalan kesepakatan yang mengharuskan Turki mencegah para imigran membanjiri Yunani.

Kesepakatan ini memberikan beberapa keuntungan bagi Ankara termasuk bantuan keuangan bagi penanganan pengungsi Suriah di negeri itu.

Selain itu, warga Turki juga bisa bepergian ke negara-negara Schengen tanpa perlu mengurus visa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com