Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trauma Makanan Lokal Tak Lekang di Benak Rakyat China

Kompas.com - 04/12/2013, 18:42 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Mari buktikan. Skandal kontaminasi melamin pada susu formula untuk bayi ternyata tak lekang dari benak rakyat China. Skandal itu memang meruyak pada pada  16 Juli 2008. Catatan Xinhua pada Rabu (4/12/2013) menunjukkan sejak November 2008 tersebut tercatat 300.000 korban menderita keracunan.



 


Secara rinci, dari jumlah itu, enam bayi meninggal gara-gara kerusakan pada ginjal mereka. Menurut perkiraan, ada 54.000 bayi mesti mendapatkan perawatan di rumah sakit akibat keracunan susu tersebut.

Kasus bermula tatkala 16 bayi di Provinsi Gansu didiagnosa mengalami penyakit batu ginjal  setelah meminum susu produksi Grup Sanlu. Penyelidikan menunjukkan kalau susu buatan perusahaan susu skala besar di China itu tercemar melamin. Isu pun merebak menyangkut keamanan pangan di China. Sedikitnya, 11 negara menghentikan impor susu dari Negeri Panda itu.

Sejak itulah, menurut Managing Director Mega Global Food Industry Richard Cahadi Sjarif trauma malanan lokal masih tak lekang di benak rakyat China. "Bahkan sampai sekarang," katanya di Gresik, Jawa Timur, Jumat pekan lalu.

primus Pengetesan warna biskuit yang sudah jadi diproduksi di pabrik biskuit Kokola, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Proses ini menjadi bagian dari spirit keamanan pangan.
Richard mengatakan kalau belum lama ini dirinya bertandang ke China. Sebagai pemimpin perusahaan yang menghasilkan produk makanan berbentuk biskuit dengan merek Kokola, Richard selalu menyambangi toko-toko makanan di China. Dalam pengamatannya, warga China saat ini lebih suka membeli makanan produk luar. "Saya tahu kalau makanan itu makanan impor dari label yang ditempelkan pada kemasan makanan tersebut," tuturnya.

Keamanan pangan

Berangkat dari kenyataan itulah, lanjut Richard, pihaknya menggulirkan spirit keamanan pangan mulai dari hulu produksi hingga hilir sampai ke tangan konsumen. Tak hanya itu, papar Richard, biskuit tak cuma di dalam negeri, menjadi salah satu camilan favorit masyarakat.

primus Saat ini, komposisi ekspor biskuit Kokola mencapai 60 persen dari total produksi. Salah satu tujuan ekspor adalah ke Australia dan Selandia Baru.
Dalam kesempatan berkunjung ke pabrik biskuit yang berlokasi di Kabupaten Gresik tersebut, Richard menerangkan pentingnya menjaga keamanan pangan dengan kedisiplinan.

Pada bagian awal proses produksi, kata Richard, pihaknya sudah menerapkan deteksi awal agar tepung terigu tidak tercemar oleh kotoran-kotoran seperti serpihan kayu. Pasalnya, wadah penampung tepung dari pemasok memang terbuat dari kayu.

Pada proses selanjutnya, di dalam rangkaian mesin sepanjang 200 meter tersebut, ada juga alat pendeteksi kandungan logam. Tak cuma itu, saat produk biskuit sudah di dalam kemasan, masih ada tes contoh untuk melihat apakah kemasan benar-benar hampa udara. Sudah menjadi pengetahuan umum kalau udara bebas acap membawa parasit maupun kuman yang merugikan kesehatan. "Kami juga meneliti soal warna biskuit yang sudah jadi," kata pria yang senang bercerita itu.

Masih menurut Richard, sampai saat ini, mesin pembuat biskuitnya mampu menghasilkan 3,5 ton biskuit dalam waktu satu jam. Lalu, sejak delapan tahun silam, perusahaan tersebut sudah mengekspor produknya. Saat ini, komposisi ekspor mencapai 60 persen dari total produksi. Salah satu tujuan ekspor adalah ke Australia dan Selandia Baru.

primus Menurut Managing Director Mega Global Food Industry Richard Cahadi Sjarif dengan membawa misi
Secara khusus, menyangkut pasar lokal, Richard memaparkan kalau tantangan pihaknya ke depan adalah memperkenalkan produknya lebih banyak ke masyarakat. Pilihannya adalah melalui media sosial. Maka dari itulah, pihaknya kian memaksimalisasikan jaringan media sosial seperti Facebook dan Twitter serta laman www.kokola.co.id .

Untuk lebih menjaring minat masyarakat, perusahaan juga membuka diri melalui kunjungan pabrik menyasar anak-anak dan kaum perempuan. "Baik juga kalau suatu ketika di kawasan pabrik bisa digelar acara memasak besar-besaran dengan bahan dasar biskuit sehat,"demikian Richard Cahadi Sjarif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com