WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) mengaku heran, dia hendak dimakzulkan karena percakapan telepon dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Ketua House of Representatives (DPR AS) Nancy Pelosi dari Partai Demokrat mengumumkan penyelidikan untuk melengserkan presiden 73 tahun itu.
Baca juga: Trump Sindir Eropa karena Kurang Mendukung Ukraina
Trump dianggap melanggar konstitusi karena meminta Presiden Ukraina untuk menyelidiki putra pesaingnya di Pilpres 2020 mendatang, Joe Biden.
Dalam konferensi pers, dia menuturkan rakyat AS "terluka" karena Pelosi mengumumkan upaya memakzulkan dirinya, dan mengklaim pendukungnya "jijik".
Dilansir Sky News Kamis (26/9/2019), Trump menuding Pelosi sudah membiarkan dirinya untuk dikuasai politisi dari sayap kiri radikal.
"Saya dimakzulkan karena menggelar pertemuan atau percakapan telepon yang menakjubkan?" tanya Trump. Dia menuturkan percakapan yang dipermasalahkan adalah percakapan kedua.
"Impeachment? For that? When you have a wonderful meeting or a wonderful phone conversation?"
Donald Trump says the phone calls he had with the President of Ukraine were "beautiful" and "all perfect".
Get live updates here: https://t.co/iyrabGAknC pic.twitter.com/jd90sFeRy2
— Sky News (@SkyNews) September 25, 2019
Dia pun meminta publik untuk memeriksa kembali percakapan pertama. Dia membantah jika pembicaraan dengan Zelensky supaya menguntungkan dirinya.
"Saya tidak melakukannya. Ini adalah pembicaraan yang sempurna. Tidak ada quid pro quo (menguntungkan dirinya)," beber presiden ke-45 AS.
Trump melanjutkan, dia memerintahkan publikasi transkrip percakapan telepon dengan Zelensky karena pemberitaan media yang dia anggap hoaks.
Dia mengeluhkan bagaimana sulitnya jika setiap pembicaraannya dengan setiap pemimpin dunia lain harus dirilis jika diminta media.
Kini, dia mengklaim media menginginkan supaya dia merilis percakapan pertama, yang akan dia lakukan jika mereka begitu memaksa.
Meski begitu, presiden dari Partai Republik itu mengakui jika dia meminta Zelensky supaya menghubungi Jaksa Agung AS William Barr.
Keputusan Demokrat untuk melakukan penyelidikan pemakzulan Trump terjadi setelah muncul keluhan dari seorang pejabat intelijen.
Si pejabat yang menjadi pelapor mengeluhkan ada rekaman selama 30 menit bagaimana Trump "menjanjikan" sesuatu kepada pemimpin asing tersebut.
Baca juga: Ini Isi Telepon dengan Presiden Ukraina yang Buat Trump Terancam Dimakzulkan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.