Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/11/2018, 18:48 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

BANDAR SERI BEGAWAN, KOMPAS.com - Presiden China Xi Jinping, Senin (19/11/2018), mengunjungi Brunei Darussalam usai menghadiri KTT APEC di Papua Niugini.

Di Brunei, Presiden Xi diterima langsung Sultan Hassanal Bolkiah di istana kerajaan negeri kecil itu.

Seperti halnya di berbagai negara Asia lainnya, banyak perusahaan China menanamkan modalnya di Brunei sebagai bagian dari politik infrastruktur Beijing.

Baca juga: Survei: Dunia Lebih Percaya Xi Jinping atau Putin Ketimbang Trump

Beberapa proyek besar tengah digarap China di Brunei antara lain kilang penyulingan minyak, sebuah bendungan, dan jalan tol.

Negeri bekas jajahan Inggris ini sudah lama amat tergantung pada hasil minyak buminya yang berlimpah.

Namun, ketika harga minyak dunia jatuh perekonomian Brunei jatuh ke dalam resesi.

"Brunei, yang pemasukannya berasal dari hidrokarbon akan semakin menyusut di masa mendatang. Kini Brunei mencari bantuan dari China sebagai alternatif pengembangan ekonomi," kata Murray Hiebert, pakar Asia Tenggara dari lembaga riset Center for Strategic dan International Studies (CSIS).

Sementara itu, kantor berita Xinhua mengabarkan, usai  menggelar pertemuan kedua pemimpin mengeluarkan pernyataan bersama.

Isi pernyataan itu adalah Brunei akan terus mendukung dan bersama-sama mempromosikan kerja sama dalam inisitatif sabuk dan jalan yang dipelopori China.

Sejauh ini memang belum terlalu terlihat meningkatnya pengaruh China di Brunei yang pendapatan perkapitanya masih menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.

Namun, keprihatinan muncul terkait begitu agresifnya China menanamkan modalnya di berbagai negara, terutama di negara miskin yang bakal kesulitan membayar utang.

Bahkan menjelang KTT APEC akhir pekan lalu di Papua Niugini, Wapres AS Mike Pence memperingatkan agar negara-negara tidak terbujuk program infrastruktur China.

Baca juga: Xi Jinping Hanya Kirim Delegasi untuk Perayaan HUT Ke-70 Korea Utara

Pence mengatakan, Beijing menawarkan pinjaman "yang tak jelas" dan bisa memicu utang menggunung di suatu negara.

Namun, Presiden Xi membantah tudingan Pence dan menegaskan inisiatif yang ditawarkan China sama sekali bukan sebuah perangkap.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com