Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/04/2017, 19:00 WIB

KOMPAS.com - Setelah berkuasa sejak 1933 dan meneror Eropa selama hampir enam tahun, diktator Jerman Adolf Hitler akhirnya bunuh diri bersama Eva Braun di bunkernya pada 30 April 1945.

Kematian Adolf Hitler itu menjadi salah satu faktor berakhirnya Perang Dunia II dan akhir dari mimpi Reich 1.000 tahun.

Sejak 1943, arah Perang Dunia II berbalik. Di awal perang, pasukan Jerman dengan strategi Blietzkrieg atau perang kilat melumpuhkan Eropa.

Namun, pada Februari 1943, tentara ke-6 Jerman yang menginvasi Uni Soviet menyerah dari Tentara Merah di Stalingrad.

Kekalahan di Uni Soviet itu membuat harapan Jerman terus maju di dua garis depan pupus.
Sialnya, kekalahan di Uni Soviet itu seakan menjadi pemicu kemunduran Jerman dalam perang.

Sekutu yang sukses menyusun kekuatan kembali mengalahkan Jerman di berbagai front termasuk serangan balik Sekutu dari arah Afrika.

Ofensif maju Sekutu berpuncak pada pendaratan di Normandia pada 6 Juni 1944 yang terus merangsek menuju ke Berlin.

Di awal 1945, kondisi militer Jerman sudah berada di ambang kehancuran total akibat gerak maju Sekutu di sisi barat dan Uni Soviet dari timur.

Polandia sudah direbut Uni Soviet yang kemudian bersiap menyeberangi Sungai Oder dengan tujuan merebut kota Berlin yang hanya berjarak 82 kilometer dari sungai itu.

Sementara, di front barat, pasukan Jerman juga menyerah dari tentara sekutu di hutan Ardennes dalam Pertempuran Bulge.

Sedangkan tentara Inggris dan Kanada sudah menyeberangi Sungai Rhine menuju kawasan industri Jerman di wilayah Ruhr.

Sedangkan di sisi selatan, pasukan Amerika sudah mencaplok wilayah Lorraine dan maju menuju Mainz, Mannheim, dan Sungai Rhine.

Di Italia, pasukan Jerman terus terdesak ke arah utara karena dihantam terus menerus oleh pasukan Amerika dan persemakmuran Inggris hingga ke kaki pegunungan Alpen.

Di meja perundingan, pada 4-11 Februari, para pemimpin sekutu yang dimotori PM Winston Churchill, Presiden Franklin D Roosevelt, dan pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin bertemu di Yalta.

Dalam pertemuan itu, ketiga pemimpin merundingkan masa depan Eropa, terutama Jerman, jika perang berakhir.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com