Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/12/2014, 22:44 WIB
ISLAMABAD, KOMPAS.com - Seorang ulama garis keras Pakistan, Jumat (19/12/2014), menyebut serangan angkatan darat Pakistan terhadap Taliban sebagai sebuah langkah yang tidak Islami.

Maulana Abdul Aziz, nama ulama tersebut, menambahkan pembantaian 148 orang di sebuah sekolah di Peshawar adalah pembalasan Taliban atas serangan udara terhadap mereka.

Dalam kotbahnya di Masjid Merah, Islamabad, Maulana mengatakan dia turut berduka dengan keluarga korban yang tewas di Peshawar, namun dia mengatakan aksi Taliban itu bisa dipahami.

"Hai para penguasa, hai orang-orang yang berkuasa, jika Anda melakukan sebuah aksi maka akan muncul reaksi," ujar Maulana.

Sejak menggelar operasi militer pada Juni lalu di wilayah-wilayah yang dikuasai Taliban Pakistan di Waziristan Utara dan Khyber-Pakhtunkhwa, militer sudah menewaskan lebih dari 1.700 anggota kelompok militan.

"Operasi militer di Waziristan Utara adalah tindakan yang tidak Islami. Anda boleh memperdebatkannya, Anda boleh memanggil ulama dari luar negeri, dari India atau Bangladesh, saya akan membuktikan bahwa operasi militer ini tidak Islami," tambah Maulana.

Masjid Merah, yang berjarak hanya sepelemparan batu dari gedung parlemen di Islamabad, pernah dikepung selama sepekan oleh militer Pakistan pada 2007 yang berujung pada kematian 100 orang anggota kelompok radikal.

Besarnya jumlah korban dalam serangan maut di Peshawar dan fakta bahwa sebagian besar korban adalah anak-anak membuat rakyat Pakistan ketakutan. Tragedi itu memicu desakan agar pemerintah bertindak tegas terhadap pendukung Taliban, termasuk para ulama garis keras.

Namun, unjuk rasa masyarakat anti-Taliban di luar Masjid Merah pada Jumat siang dibubarkan polisi, sementara kelompok garis keras malah dibiarkan menggelar unjuk rasa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com