Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/12/2013, 05:41 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber
JOHANNESBURG, KOMPAS.com — Nelson Mandela, yang ikut dalam perjuangan anti-apartheid dan mantan Presiden Afrika Selatan, meninggal pada usia 95 tahun, Kamis (5/12/2013) malam waktu setempat atau Jumat (6/12/2013) pagi waktu Indonesia.

Mandela adalah presiden pertama berkulit hitam di Afrika Selatan. Sebelum membuat sejarah itu, ia melewatkan 27 tahun hidupnya di penjara.

Pada September 2013, Mandela meninggalkan rumah sakit di Johannesburg setelah tiga bulan menjalani perawatan intensif untuk infeksi paru dan sempat dinyatakan kritis.

Kondisi kesehatan Mandela dikabarkan kembali memburuk karena komplikasi infeksi tersebut. Ia meninggal ditemani keluarganya.

Berita duka ini diumumkan langsung oleh Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma melalui jaringan televisi setempat. Dengan emosional, Zuma mengumumkan, "Bangsa kami kehilangan putra terbaiknya."

Mandela memiliki masalah dengan paru sejak masih menjalani kehidupan penjara di Robben Island. Kisah hidupnya yang luar biasa dan selera humor yang unik telah menempatkannya dalam deretan pemimpin karismatik yang memikat kalangan global.

Sempat dianggap sebagai teroris oleh Amerika Serikat dan Inggris atas dukungannya terhadap aksi kekerasan yang ditujukan kepada rezim apartheid, hari ini Mandela justru menjadi ikon moral yang nyaris tak mengundang cela dari mana pun.

Mandela adalah pemenang Nobel Perdamaian untuk perjuangannya di Afrika Selatan. Sebagai pemimpin Kongres Nasional Afrika (ANC), Mandela harus meringkuk di penjara selama 27 tahun dan baru bebas pada 1990.

Negosiasi dengan pemerintahan kulit putih mengantarkan Mandela menjadi Presiden Afrika Selatan melalui pemilu multirasial pertama di negara itu pada 1994.

Meski demikian, Mandela hanya menjadi presiden untuk satu periode. Sesudahnya dia menjadi negarawan, berkeliling memimpin kampanye melawan AIDS, dan akhirnya pensiun dari kegiatan publik pada 2004.

"Ketika ia keluar dari penjara, orang menemukan bahwa ia adalah semua hal yang mereka harapkan, dan (bahkan) melebihi (harapan itu)," ujar sesama peraih Nobel Perdamaian, Uskup Agung Desmond Tutu.

"Ia adalah negarawan yang paling dikagumi dan dihormati di dunia dan salah satu manusia terbesar untuk berjalan di bumi ini," imbuh Tutu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com