Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gadis Meninggal Setelah 5 Tahun Makan Nasi dan Sambal, Yayasan di China Jadi Sorotan

Kompas.com - 16/01/2020, 16:23 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Sebuah yayasan di China menjadi sorotan pasca-seorang gadis meninggal setelah lima tahun hanya makan nasi dan sambal.

Wu Huayan disebut meninggal pada Senin (13/1/2020) dalam usia 24 tahun, dengan penyebab kematian tidak disebutkan.

Dia menjadi pemberitaan nasional hingga internasional setelah dilarikan ke rumah sakit pada Oktober 2019 lalu.

Baca juga: Hanya Makan Nasi dan Sambal Selama 5 Tahun, Gadis di China Ini Meninggal

Saat itu, Wu hanya mempunyai bobot sekitar 20 kg dan tinggi 135 sentimeter, dengan dokter menyatakan dia mengalami kekurangan nustrisi.

Begitu kisahnya tersebar, donasi pun bergulir. Salah satunya dikoordinasikan oleh 9958 Rescue Centre, proyek dari China Charities Aid Foundation for Children (CCAFC).

Dilansir SCMP Rabu (15/1/2020), donasi pun terkumpul hingga 1 juta yuan, sekitar Rp 1,9 miliar, pada akhir Oktober 2019.

Namun, yayasan itu diketahui baru mentransfer uang sebesar 20.000 yuan, atau Rp 39,8 juta, ke rumah sakit tempat Wu dirawat.

Dalam pernyataan resmi CCAFC, mereka beralasan menahan uang tersebut lantaran Wu Huayan butuh operasi jantung dan biaya pemulihannya.

Dalam keterangan yang dirilis di Weibo, CCAFC menjelaskan mereka melakukan penggalangan dana dengan sepengetahuan Wu pada 25 Oktober.

Kemudian pada 4 November, sebanyak 20.000 yuan dikirimkan ke rumah sakit guna menebus biaya pengobatan gadis itu.

Baca juga: Anies: Di Jakarta Tidak Boleh Ada Anak Kekurangan Gizi

Karena pemerintah kota Tongren membuka dana darurat juga besar 20.000 yuan, mereka memutuskan menahan uangnya "atas persetujuan keluarga Wu".

CCAFC kemudian menuturkan, mereka akan berkonsultasi dengan keluarga si gadis tentang bagaimana uang itu bakal digunakan.

Namun, Thecover.cn memberitakan, teman Wu yang diidentifikasi bernama Wu Yurong, mengaku keluarga belum diberi tahu soal donasi tersebut.

Portal berita lain, Ifeng.com melaporkan mewawancarai mantan anggota CCAFC yang disebut bernama Zheng Hehong.

Zheng mengungkapkan, pendiri sekaligus ketua yayasan, Wang Yu, punya kebiasaan menahan bantuan supaya bisa dijadikan pendapatan.

"Mereka tidak memberikan sumbangan kepada pasien tepat waktu. Mereka menunggu hingga pasien meninggal sehingga bisa mengambil alih donasinya," kata Zheng.

Baca juga: Demi Bantu Adiknya, Gadis Ini Hanya Makan Nasi dan Sambal Selama 5 Tahun

Dia mengatakan, yayasan tersebut sering memilih orang yang sudah kritis, maupun dari keluarga miskin yang tidak bisa mengecek sumbangannya.

Kasus itu menuai kemarahan publik China, di mana mereka menyatakan tidak akan lagi memberikan donasi kepada kelompok itu.

"Saya adalah salah satu donor. Saya menyumbangkan uang saya kepada Wu. Kini setelah dia tidak ada, saya ingin uang saya kembali," tegas seorang netizen.

Wu dan adiknya berjuang dalam kesulitan selama bertahun-tahun. Ibunya meninggal saat dia berusia empat tahun, dan ayahnya ketika dia duduk di bangku sekolah.

Sempat disokong oleh sang nenek, kakak beradik tersebut ditopang paman dan bibinya. Namun, mereka hanya mendapat 300 yuan (Rp 596.000) per bulan.

Sebagian besar uang itu dihabiskan untuk biaya berobat sang adik, yang dilaporkan mempunyai masalah kejiwaan.

Dia pun hanya menyimpan sekitar 2 yuan, atau Rp 3.900 per hari, untuk makan, di mana dia menghabiskannya dengan nasi dan sambal.

Dalam keterangan dokter, Wu mengalami kekurangan gizi hingga alis maupun 50 persen rambutnya berguguran.

Baca juga: Ibu Hamil Tak Boleh Kurang Gizi, Ini Sebabnya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com