Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Izinkan AS Bunuh Jenderal Iran sejak 7 Bulan Lalu

Kompas.com - 14/01/2020, 11:32 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS dilaporkan sudah mengizinkan pembunuhan terhadap jenderal Iran, Qasem Soleimani, sejak tujuh bulan lalu.

Pernyataan itu disampaikan oleh lima orang sumber pemerintah, baik yang aktif maupun sudah mantan, dilaporkan Sky News Senin (13/1/2020).

Dalam pernyataan sumber, izin itu muncul sejak tujuh bulan, tepatnya Juni 2019, dengan Trump yang akan memberikan keputusan akhir.

Baca juga: Komandan Top Iran Tewas dalam Serangan di Bandara Irak

Karena itu, AS langsung bergerak ketika milisi pro-Iran menembakkan fasilitas di Irak, dan menewaskan seorang kontraktor sipil.

Drone pun dikirimkan, dengan jenderal Iran Qasem Soleimani tewas setelah konvoi mobil yang ditumpanginya dihantam rudal.

Dia tewas bersama dengan wakil pemimpin milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, di Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020.

Sumber itu menerangkan, Soleimani yang adalah komandan Pasukan Quds merencanakan serangan terhadap warga AS dan harus dihentikan.

"Selama tujuh bulan itu, terdapat sejumlah opsi yang disodorkan kepada presiden," ujar pejabat anonim tersebut.

Baru "beberapa waktu lalu", kata si sumber, bahwa Trump mendapat pilihan untuk membunuh jenderal berusia 62 tahun itu.

Adalah mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, yang mendesak agar operasi pembunuhan Soleimani bisa dilaksanakan.

Baca juga: Jenderal Top Iran Tewas Diserang atas Perintah Trump, DPR AS Tak Diberi Tahu

Usulan tersebut diberikan setelah Garda Revolusi Iran mengklaim menembak sebuah drone AS jenis RQ-4A Global Hawk.

Pendapat itu kemudian mendapat dukungan dari Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, di mana dia juga mendesak Trump mengizinkan Pentagon menyerang Soleimani.

Namun Trump dilaporkan menolak ide tersebut. Dia menegaskan baru akan mengizinkannya jika Iran sudah melewati batas: membunuh warga AS.

"Pesan presiden jelas. Opsi itu hanya boleh ada di mejanya jika Iran sampai berani menyerang warga Amerika," tutur sumber itu.

Ketika pertama menjabat pada 2017, Trump sebenarnya sudah mendapat pengarahan dari Pompeo yang saat itu adalah Direktur CIA.

Saat itu, presiden 73 tahun itu tersebut mendapat data intelijen bahwa Soleimani merupakan "ancaman paling serius yang masih belum berbuah".

Masih pada 2017, Penasihat Keamanan Nasional saat itu, HR McMaster, sudah mendiskusikan rencana untuk membunuh Soleimani.

Baca juga: Jenderal Top Iran Tewas dalam Serangan AS atas Arahan Presiden

"Namun, saat itu cara tersebut tak dipandang sebagai langkah utama yang harus segera dilakukan," beber si sumber.

Ide menyerang komandan Pasukan Quds itu makin serius digodok setelah McMaster digantikan oleh Bolton, yang dikenal sangat keras terhadap Teheran.

Sejak Oktober 2019, Iran sudah meluncurkan puluhan roket ke aset militer Negeri "Uncle Sam" yang berlokasi di Irak.

Pentagon menyalahkan Khataib Hezbollah, bagian dari milisi Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), yang disokong Teheran.

Serangan terhadap pangkalan AS semakin menjadi dengan puncaknya pada 27 Desember, kontraktor sipil tewas dan empat tentara terluka.

Pentagon merespons dengan menggelar serangan udara terhadap lima lokasi Khataib Hezbollah di Irak dan Suriah, menewaskan 25 kombatannya.

Serangan itu dibalas dengan aksi demonstrasi yang dilakukan pendukung Khataib, bahkan hingga di depan Kedutaan AS di Baghdad.

Setelah Soleimani tewas diserang AS, Teheran membalas dengan membombardir Pangkalan Ain al-Assad dan Irbil dengan rudal.

Baca juga: Jenderal Top Iran Tewas Diserang AS, Eks Komandan Garda Revolusi: Kami Akan Balas Dendam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com