Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/09/2019, 14:33 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sebuah laporan eksklusif memperlihatkan bagaimana AS menyelamatkan mata-mata top di Rusia yang beberkan peran Presiden Vladimir Putin dalam Pilpres AS 2016.

Sumber yang terlibat dalam rencana itu kepada CNN menuturkan, ekstraksi atau penarikan dilakukan salah satunya kekhawatiran akan pemerintahan Presiden Donald Trump.

Dilansir Selasa (10/9/2019), sumber itu berkata pemerintahan Trump berulang kali salah menangani informasi rahasia, dan bisa mengungkapkan jati diri si mata-mata.

Baca juga: Polisi Sebar Mata-mata untuk Buru Pelaku Pelecehan Seksual di Bintaro

Keputusan untuk melakukan operasi penyelamatan terjadi Mei 2017, menyusul pertemuan antara Trump dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, dan Duta Besar Rusia untuk AS Sergey Kislyak.

Pengungkapan si warga Rusia oleh Trump, meski tak menyebut dia adalah agen rahasia, membuat para pejabat intelijen mendiskusikan ancaman pengungkapan identitas.

Mike Pompeo yang saat itu masih menjadi Direktur CIA memberi tahu pejabat senior lainnya bahwa terlalu banyak informasi terus dikeluarkan untuk si "aset".

Ekstraksi, atau juga dikenal sebagai "eksfiltrasi", operasi yang dilakukan oleh pejabat intelijen, dilakukan jika AS merasa kondisi mata-mata mereka dalam bahaya.

Sumber yang paham dengan isu itu menjelaskan, si warga Rusia disebut sebagai aset tertinggi mereka di Kremlin, dan menangani infrastruktur keamanan nasional.

Berdasarkan keterangan si sumber, agen rahasia itu mempunyai akses ke ruangan Putin. Bahkan, dia bisa menyediakan gambar dokumen di meja kerja sang presiden.

Si mata-mata menyediakan informasi intelijen kepada Washington lebih dari 10 tahun. Upaya pertama untuk menariknya keluar dari Rusia sempat mengalami kendala.

Individu yang identitasnya dirahasiakan itu memberi informasi bahwa Putin memerintahkan langsung intervensi Rusia di Pilpres AS 2016 demi memenangkan Trump.

Si informan itu juga yang menghubungkan Putin dengan upaya peretasan Komite Nasional Demokrat, yang berujung kepada munculnya pesan memalukan dengan puncaknya kekalahan Hillary Clinton.

Berdasarkan pemberitaan The New York Times Senin (9/9/2019), mata-mata itu dikenal sebagai aset paling berharga AS yang mereka tempatkan di Moskwa.

Kekhawatiran akan kesalahan menangani informasi sensitif diutarakan pejabat intelijen AS tidak saja pasca-pertemuan Trump dengan Lavrov dan Kislyak.

Pada Juli 2017, Trump bertemu Putin dalam agenda bilateral di sela pertemuan G-20 di Hamburg, Jerman. Saat itu, dia melakukan langkah tak biasa dengan menyita catatan juru penerjemah.

Setelah itu, komunitas intelijen AS kembali khawatir jika presiden dari Partai Republik itu kembali mendiskusikan informasi rahasia kepada Putin.

Baca juga: Trump: Klaim Iran Tangkap Agen Rahasia CIA Benar-benar Ngawur

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com