Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Ingin Perjanjian Nuklir yang Baru Cantumkan Rusia dan China

Kompas.com - 03/08/2019, 09:29 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump menegaskan, dia ingin nama Rusia dan China masuk ke dalam perjanjian nuklir era Perang Dingin yang baru.

Komentarnya muncul setelah Washington resmi menarik diri dari kesepakatan bernama Perjanjian Nuklir Jarak Pendek (INF), dan memunculkan ketakutan akan perlombaan senjata baru.

Dilansir BBC Sabtu (3/8/2019), Trump mengatakan dia sudah berbicara kepada China dan Rusia mengenai usulannya itu. "Keduanya merespons dengan sangat tertarik," ujarnya.

Baca juga: Putin Tanda Tangani Penangguhan Partisipasi Rusia dari Perjanjian Nuklir Era Perang Dingin

Berdasarkan perjanjian yang diteken antara AS dengan Uni Soviet pada 1987 silam itu, kedua negara dilarang mengembangkan rudal dengan jarak 500-5.500 km.

Penarikan AS dari INF Jumat (2/8/2019) terjadi setelah mereka menuduh Kremlin sudah melakukan pelanggaran dengan menempatkan rudal penjelajah terbaru.

AS menyebut rudal penjelajah yang dimaksud adalah tipe 9M729, dikenal juga dengan kode NATO SSC-8. NATO pun memberikan dukungan atas klaim itu, dan segera dibantah Rusia.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuding Rusia bertanggung jawab atas kolapsnya INF, dan mengklaim mereka sudah mendapat dukungan penuh dari NATO.

"Dengan dukungan penuh NATO, AS yakin bahwa Rusia sudah melanggar kewajiban mereka dalam perjanjian itu. Maka kami juga akan melakukan hal yang sama," tegasnya.

Trump kemudian ditanya apakah pemerintahannya bakal berusaha menghindari perlombaan senjata baru buntut runtuhnya INF. Dia menjawab telah berbicara kepada Rusia.

Dia mengklaim mereka mendiskusikan bagaimana cara mencari solusi atas perjanjian nuklir itu. "Kami tentu harus memasukkan China dalam beberapa titik," katanya.

Presiden 73 tahun itu melanjutkan bahwa INF merupakan kesepakatan bagus bagi dunia. Karena itu, pembaruan kesepakatan dengan adanya China bakal terjadi.

"China sangat, sangat tertarik akan ide ini. Begitu juga dengan Rusia. Jadi, saya kira kami akan mendapat titik temu dalam beberapa isu," terangnya.

Pada Februari lalu, Trump sudah mencanangkan 2 Agustus sebagai tenggat waktu jika Moskwa tidak memenuhi permintaan yang ditentukan baik oleh AS maupun NATO.

Sebagai balasannya, Presiden Rusia Vladimir Putin kemudian mengumumkan mereka juga akan menggugurkan kewajiban mereka dalam perjanjian nuklir itu tak lama sesudah pernyataan Trump.

Baca juga: AS Resmi Tinggalkan Pakta Nuklir Era Perang Dingin dengan Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com