Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggi Gunung Sampah di New Delhi Sudah Melampaui Taj Mahal

Kompas.com - 04/06/2019, 13:38 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

NEW DELHI, KOMPAS.com - Gunung sampah tertinggi di New Delhi diperkirakan pada tahun depan sudah melampaui tinggi Taj mahal.

Gunung sampah ini seolah menjadi simbol dari apa yang disebut PBB sebagai ibu kota paling tercemar di dunia.

Berbagai jenis burung pemangsa terbang mengitari tempat pembuangan sampah Ghazipur yang berada di sisi timur New Delhi.

Selain burung, sapi liar, anjing, dan tikus berkeliaran mencari makan di tempat yang sama.

Baca juga: Gunung Sampah 15 Meter di Mozambik Longsor, 17 Orang Tewas

Dengan area seluas 40 kali lapangan sepak bola, sampah di Ghazipur bertambah tinggi 10 meter setiap tahun.

Menurut pejabat pengawas teknis New Delhi Timur, Arun Kumar, tinggi gunung sampah di Ghazipur saat ini sudah mencapai lebih dari 65 meter.

Dengan kecepatan penambahan sampah saat ini, pada 2020, gunung sampah di Ghazipur akan mencapai ketinggian 73 meter atau lebih tinggi dari Taj Mahal.

Tempat pembuangan sampah ini dibuka pada 1984 dan sudah mencapai batas daya tampung pada 2002 sehingga seharusnya sudah ditutup.

Namun, ratusan truk sampah masih terus datang ke Ghazipur setiap hari.

"Sekitar 2.000 ton sampah dibuang ke Ghazipur setiap hari," ujar seorang pejabat pemkot New Delhi yang tak mau disebut identitasnya.

Pada 2018, hujan lebat mengakibatkan sebagian gunung sampah itu longsor dan menewaskan dua orang.

Usai bencana tersebut, pembuangan sampah ke Ghazipur dilarang. Namun, penutupan itu hanya berlangsung beberapa hari karena pemerintah tak menemukan alternatif lokasi pembuangan sampah.

Selain bahaya longsor, potensi kebakaran akibat gas metana yang dihasilkan tumpukan sampah itu berulang kali terjadi dan membutuhkan waktu beberapa hari untuk memadamkannya.

Shambhavi Shukla, peneliti senior dari Pusat Lingkungan dan Sains New Delhi, mengatakan bahwa semburan gas metana dari sampah menjadi lebih mematikan jika tercampur di atmosfer.

Selain itu, cairan hitam beracun dari tumpukan sampah terus mengalir tanpa henti ke kanal-kanal setempat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com