BAGHOUZ, KOMPAS.com - Shamima Begum mengaku sangat terkejut ketika konser Ariana Grande di Manchester Arena pada 22 Mei 2017 diguncang bom bunuh diri.
Serangan yang dilakukan pria berusia 22 tahun keturunan Libya bernama Salman Ramadan Abedi itu menewaskan 23 orang, termasuk dirinya.
Korban dari serangan yang diklaim oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu kebanyakan merupakan anak-anak. Dilaporkan juga 800 orang terluka.
Baca juga: Shamima Terinspirasi Gabung ISIS Setelah Menonton Video Sandera Dipenggal
"Saya tidak tahu jika ada korban dari anak-anak. Saya merasa perbuatan itu salah karena mereka orang tak berdosa," kata Shamima dalam wawancara dengan BBC.
Namun diwartakan news.com.au Selasa (19/2/2019), remaja yang bergabung dengan ISIS sejak 2015 itu membandingkannya dengan serangan militer di Suriah.
Shamima menuturkan tidak dibenarkan melakukan pengeboman terhadap perempuan dan anak-anak di Baghouz yang merupakan benteng terakhir ISIS.
"Saya kira itu merupakan perbuatan dua arah. Sebab sampai saat ini, perempuan dan anak-anak masih dibunuh di wilayah ISIS," katanya.
"Itu semacam bentuk pembalasan. Mereka membenarkan perbuatan mereka sebagai bentuk balas dendam. Jadi, saya kira pembenaran itu adil," lanjut Shamima.
Dia mengucapkan permintaan maaf kepada korban serangan ISIS baik yang ada di Inggris maupun di negara seluruh dunia.
Dia mengatakan tragedi itu sangat tidak adil karena korban serangan tidak memerangi ataupun berusaha melukai siapapun.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.