Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eva Christiane von Reumont, Perempuan Jerman Pemburu Wayang Kulit

Kompas.com - 07/12/2018, 19:10 WIB
Ervan Hardoko

Editor

Di Eropa, katanya, wayang-wayang memang tersimpan tetapi tidak tersusun rapi. Tumpang tindih tanpa tahu urutan hirarkinya.

"Intinya, terjaga tapi tidak ada yang mengurusnya," tambah dia.

Dari Museum Rietberg, Eva meloncat ke Museum Volkerkunde, juga di Zurich. Matanya bercahaya ketika menemukan harta karun lainnya. Di Museum Volkerkunde, Eva dipercaya mengurus koleksi wayang kulit yang cukup lengkap.

Baca juga: Koleksi Wayang Kulit Tiongkok-Jawa Mencapai 400 Lembar

"Inilah yang saya cari, wayangan lengkap,“ katanya mengomentari koleksi yang juga berusia ratusan tahun. 

"Koleksi wayang kulit di sini hanya tersimpan di gudang. Sekalipun tak pernah ditunjukkan ke publik,“ imbuh Eva.

Dari catatan yang ada, koleksi lengkap wayang kulit di museum Volkerkunde ini, dibuat di Probolinggo pada 1870, saat Indonesia masih dikuasai Belanda.

Beberapa museum di Swiss lainnya, antara lain Basel, juga memiliki koleksi wayang kulit. Cuma, tak ada yang selengkap koleksi Museum Volkerkunde Zurich.

Pernah ditemukan koleksi pribadi dari Saint Gallen, Swiss Timur.  Walter Angst, sang kolektor, memiliki sedikitnya 20.000 tokoh wayang kulit.

Sayang, kata Eva, setelah Walter Angst meninggal dunia, puluhan ribu wayang kulit itu menjadi milik Yale University Art and Galery.

Meskipun tipis harapan untuk bisa memamerkannya di Swiss, lanjut Eva, dia akan  menyempatkan diri untuk melihat koleksi Walter Angst itu hingga ke Amerika Serikat.

Indonesia, tentu saja, juga akan kembali dikunjunginya. Di sinilah, sesuai tesisnya yang berjudul Applying Western Conservation Ethics onto Javanese Wayang Kulit Puppet, wayang kulit masih ditata rapi, sekaligus dimainkan secara langsung.

"Indah sekali, kalian punya warisan kultural yang sangat berharga,“ kata Eva.

Eva Christiane von Reumont tertarik pada wayang kulit pertama kali saat berkunjung ke Museum Etnologi di Berlin, Jerman enam tahun silam.

Keindahan wayang kulit itu menancap di hatinya, sekaligus mengantarkannya menjadi master di Universitas Bern.

Kini sudah 30-an museum dikunjunginya. Antara lain museum di  Jerman, Swiss, Belanda, Austria, Belgia, Ceko hingga Denmark.

Baca juga: Sstt... Ada Wayang Kulit Kuno di Museum Taiwan

Bukan tidak mungkin, Eva akan menjadi perempuan pertama di Eropa yang bergelar profesor untuk urusan wayang kulit.

"Ah, itu impian yang masih jauh. Sekarang saya konsentrasi untuk doktor dan pameran ini dulu,“ katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com