Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Tak Ingin Dengarkan Penderitaan Khashoggi di Bukti Rekaman

Kompas.com - 19/11/2018, 07:37 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dia tak akan mendengarkan bukti rekaman pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.

Dalam wawancaranya dengan Fox News dikutip AFP Minggu (18/11/2018), Trump berujar dia sudah diberi tahu tentang rekaman tersebut.

Otoritas Turki mengklaim memmperoleh dua rekaman yang menjadi bukti. Masing-masing rekaman terjadi sebelum dan saat Khashoggi dibunuh.

Baca juga: Trump: Kesimpulan CIA soal Pembunuhan Khashoggi Terlalu Prematur

"Saya tak punya alasan mendengarkannya. Itu adalah rekaman yang mengerikan. Sangat menderita," kata presiden 72 tahun itu.

Dia menambahkan, laporan lengkap mengenai penyelidikan AS terhadap kematian kolumnis The Washington Post itu bakal dirilis paling cepat Senin (19/11/2018).

Trump memilih tak menyalahkan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) yang disebut-sebut terlibat dalam pembunuhan itu.

Saat ditanyakan apakah sang putra mahkota berbohong kepadanya, presiden dari Partai Republik itu mengaku tidak tahu.

"Namun, yang bisa saya katakan adalah, banyak orang di dekatnya mengatakan MBS tak terlibat. Dia sendiri juga lima kali memberi tahu," tuturnya.

Dia membantah adanya laporan bahwa Badan Intelijen Pusat (CIA) menyimpulkan MBS terlibat dalam kematian jurnalis 59 tahun tersebut.

Trump menegaskan dia bakal memelihara aliansi dengan Saudi yang disebutnya memberi dampak positif di bidang pembangunan ekonomi.

Ucapan itu merupakan respon pasca-mendapat pertanyaan apakah dia bakal mengikuti anjuran Kongres AS untuk menghentikan penjualan senjata maupun bantuan dalam konflik Yaman.

"Saya ingin konflik Yaman berakhir. Namun, keinginan harus sejalan dengan berhentinya aktivitas Iran di sana," tegas Trump.

Khashoggi dibunuh ketika hendak mengurus dokumen pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz, di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.

Pekan lalu, Riyadh mengeluarkan pernyataan bahwa Khashoggi dibunuh oleh 15 orang menggunakan suntikan obat bius dosis tinggi.

Baca juga: Seorang Wanita Mesir Mengaku Menikah Diam-diam dengan Jamal Khashoggi

Setelah itu jenazahnya dimutilasi dan diserahkan kepada seorang agen yang sudah menunggu di luar gedung konsulat.

Kantor jaksa Saudi menyatakan, perintah untuk membawa paksa Khashoggi diberikan Wakil Kepala Intelijen Jenderal Ahmed al-Assiri.

Assiri membentuk tim beranggotakan 15 orang yang dibagi ke dalam tiga kelompok kecil, yakni tim negosiasi, tim logistik, dan tim intelijen.

Mereka terbang ke Istanbul, Turki, untuk membujuk jurnalis berusia 59 tahun tersebut agar bersedia kembali ke Riyadh.

"Namun, karena negosiasi gagal, kepala tim negosiator memerintahkan untuk membunuh Khashoggi," demikian pernyataan kantor jaksa penuntut.

Kolumnis harian Turki Hurriyet Abdulkadir Selvi melakukan sanggahan dengan menyatakan dalam rekaman pertama berdurasi tujuh menit, terdengar suara Khashoggi meronta.

Penyelidik Turki meyakini Khashoggi memohon dilepaskan setelah dia dicekik menggunakan kantong plastik atau tali.

Baca juga: Wapres AS Berjanji Bakal Bikin Pembunuh Khashoggi Bertanggung Jawab

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com