Meski demikian, di negara yang terbilang bebas dan demokratis, isu demokrasi dan kebebasan berekspresi belum terlalu diperhatikan secara serius, terutama di dunia Arab.
Media di negara yang terbilang bebas pun dianggap Khashoggi belum fokus dalam menyuarakan demokrasi dan kebebasan.
"Bahkan di Tunisia dan Kuwait yang persnya dinilai 'setengah bebas', media hanya fokus pada isu domestik, dan tak fokus pada isu yang dihadapi negara Arab," tulis Khashoggi.
Akibat demokrasi dan kebebasan berekspresi tak berkembang, banyak orang Arab yang tidak tahu perkembangan informasi. Andaipun tahu, mereka dinilai jurnalis veteran ini mendapatkan informasi yang salah.
Menurut Khashoggi, masyarakat tidak memiliki kebebasan berbicara, apalagi untuk melakukan diskusi umum tentang segala sesuatu yang ada di kehidupan mereka.
"Narasi yang dikelola negara mendominasi pikiran publik. Meski banyak yang tidak percaya, sebagian besar orang menjadi korban narasi palsu tersebut," tulisnya.
Baca juga: Jurnalis Arab Saudi yang Hilang Dilenyapkan Pakai Cairan Asam
Khashoggi menilai media terus dibungkam oleh pemerintah sejak era cetak hingga digital seperti sekarang.
Kebebasan yang sebelumnya dianggap sudah di depan mata berkat kehadiran internet, tetapi dalam sekejap pupus. Pemerintah melakukan pemblokiran internet secara masif.
"Mereka juga menangkap reporter dan menekan pengiklan untuk menghancurkan pendapatan media tertentu," tulis Khashoggi.
Jamal Khashoggi mengaku memiliki harapan saat terjadi Arab Spring pada akhir 2010. Menurut dia, ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk terciptanya kebebasan berekspresi di negara Arab.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.