Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Ulat Bulu Beracun Mengancam Warga London

Kompas.com - 29/04/2018, 14:03 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

LONDON, KOMPAS.com — Komisi Kehutanan London, Inggris, memperingatkan munculnya wabah ulat beracun yang dapat menyebabkan serangan asma, muntah, dan ruam kulit.

Diwartakan BBC, Sabtu (28/4/2018), larva dari ngengat pohon ek tersebut terlihat di sebelah tenggara Inggris dan juga London.

Bulu pada ulat tersebut dapat menyebabkan demam, iritasi mata, dan sakit tenggorokan.

Komisi kehutanan juga mengeluarkan peringatan agar masyarakat tindak menyentuh ulat bulu.

Ulat keluar dari telur-telur pada pertengahan April ini, dan pohon-pohon kini sudah dalam penanganan dengan biopestisida sejak 23 April lalu. Perawatan pohon akan dilakukan di lebih dari 600 lokasi.

Baca juga: Penemuan Bom Perang Dunia II di Sungai Thames, Bandara London Ditutup

"Program penanganan diperkirakan akan berlanjut hingga akhir Mei atau awal Juni," ujar juru bicara Komisi Kehutanan London.

Wabah ulat bulu beracun itu telah memakan korban hingga mengalami sakit keras.

Seorang petugas kebun yang sedang membersihkan lahan tidak menyadari keberadaan kerumunan ulat bulu di pohon ek.

Dia mengaku menderita berbagai gejala penyakit yang berat setelah bersentuhan dengan spesies tersebut.

"Gejala pertama adalah ruam pada perut saya. Saya tidak menyadari apa yang terjadi," ucapnya.

"Ruam itu makin memburuk dan sisi kiri wajah saya juga dipenuhi ruam. Mata kiri saya jadi sakit dan berair," tambahnya.

Baca juga: Penikaman Terjadi Lagi di London, Kini 6 Remaja Ditusuk dalam Semalam

Menurut dia, dokter mengonfirmasi bahwa dia telah bersentuhan dengan ulat bulu dan harus menjauhkan diri dari hewan itu karena reaksi alerginya semakin parah.

Ulat bulu melepaskan bulunya sebagai mekanisme pertahanan atau juga dapat begitu saja terbawa oleh angin. Bulu tersebut mengandung thaumetopein, semacam protein yang mengiritasi.

"Anda dapat terkena iritasi kulit, dan paling buruknya bisa menyebabkan kematian," kata Jason Dombroskie dari Cornell university Insect Collection, seperti dilansir dari The Sydney Morning Herald.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com