KABUL, KOMPAS.com - Rasa duka berubah menjadi amarah di media sosial setelah bom bunuh diri meledak di Kabul, ibu kota Afghanistan yang menewaskan 57 orang.
Seperti diberitakan oleh AFP Senin (23/4/2018), para netizen itu menyalahkan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang dinilai gagal melindungi rakyatnya.
Seperti yang dituliskan pengguna Facebook bernama Ahmad Ahmadi. "Mereka (pemerintah) menahan orang, kemudian melepaskannya untuk membunuh warga sipil," kecamnya.
Pengguna Facebook lainnya menuliskan, ledakan tersebut terjadi di luar kantor pusat pendaftar pemilih jelang pemilu Oktober mendatang.
Baca juga : Korban Tewas Bom Bunuh Diri di Afghanistan Bertambah Jadi 31 Orang
Pengguna bernama Aminullah itu berkata kalau pemerintah sengaja membuat kegaduhan agar bisa memperpanjang masa jabatan mereka.
"Cara untuk segera terbebas adalah dengan melakukan pemilu, dan menyingkirkan pemerintahan korup ini," kecam Aminullah.
AFP melaporkan, pemakaman untuk korban ledakan dilakukan beberapa jam pasca-kejadian Minggu (22/4/2081). Adapun sisanya dilaksanakan Senin ini.
Sebelumnya, pelaku menggunakan sabuk bom bunuh diri, dan menargetkan pusat registrasi pemilih di kawasan Dashte Barchi, Kabul Barat.
Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang juga melukai 119 orang itu.
Ledakan pada Minggu itu itu merupakan serangan keempat yang menyasar lokasi pendaftaran pemilih dalam sepekan terakhir.
Juru bicara Komisi Pemilihan Independen (IEC), Shafi Jalali berujar, ledakan itu tidak akan sampai mengganggu persiapan.
"Kami telah berkoordinasi dengan pasukan keamanan hampir setiap hari. Mereka telah meyakinkan kami bakal menyediakan pengamanan," kata Jalali.
Baca juga : ISIS Klaim Serangan Bom Bunuh Diri yang Tewaskan 57 Orang di Kabul
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.