Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/03/2018, 23:55 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

DIMONA, KOMPAS.com - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pernyataan kontroversial terkait para migran Afrika yang disebutnya lebih buruk dari pada para teroris.

Netanyahu, menyampaikan dalam sebuah konferensi pembangunan di kota gurun Dimona, di selatan Israel, tentang peran pagar listrik yang dibangun di sepanjang perbatasan negara itu dengan Mesir.

Menurutnya, pagar tersebut telah memberikan peranan besar dalam melindungi negara itu dari berbagai serangan, termasuk teroris dan juga banjir migran.

"Jika bukan karena pagar itu, kita akan menghadapi sejumlah serangan berat dari teroris Sinai, dan mungkin sesuatu yang lebih buruk, yakni banjir migran ilegal dari Afrika," ujarnya, dikutip AFP, Selasa (20/3/2018).

Baca juga: Menolak Dideportasi, Ratusan Migran Afrika di Israel Mogok Makan

Kementerian Dalam Negeri Israel melaporkan, saat ini ada sekitar 42.000 migran Afrika yang ada di wilayah negara Yahudi tersebut. Kebanyakan berasal dari negara Eritrea dan Sudan.

Pemerintah Israel telah menawarkan kepada para migran tersebut untuk dideportasi dengan mendapat uang saku sekaligus tiket, dan jika menolak akan menghadapi ancaman penjara hingga waktu yang tidak ditentukan.

Kawasan perbatasan di padang pasir Negev telah dibangun pagar berteknologi tinggi sepanjang 200 kilometer dan arus migran ilegal terbukti berhenti.

Netanyahu menyampaikan, gelombang migran non-Yahudi tersebut pada suatu saat akan menjadi ancaman bagi jati diri Israel.

"Kita bicara tentang negara Yahudi dan demokratis. Tapi bagaimana kita dapat memastikan sebuah negara Yahudi dan demokratis masih tetap ada dengan 50.000, kemudian 100.000 atau 150.000 migran per tahun," ujarnya.

"Dan setelah 1 juta atau 1,5 juta kita mungkin akan tutup. Tapi kita tidak ingin menutup, kita membangun pagar," tambahnya.

Baca juga: Netanyahu: Tiga Bulan, Migran Afrika Keluar dari Israel atau Dipenjara

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com