Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Ini Memohon agar Anaknya Tidak Dihukum Mati

Kompas.com - 19/02/2018, 15:11 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky,The Sun

HOUSTON, KOMPAS.com - Kasih sayang Kent Whitaker kepada sang anak, Bart Whitaker, benar-benar sepanjang jalan.

Padahal, pada 10 Desember 2003, Bart menjadi dalang pembunuhan terhadap keluarganya ketika mereka baru pulang makan siang dari restoran.

Kejadian tersebut berlangsung di Houston, Texas. Ibu dan adik Bart, Tricia serta Kevin, tewas tertembak di dada. Sedangkan Whitaker mengalami luka parah di bahunya.

Dilansir The Sun Senin (19/2/2018), Whitaker bertemu dengan Dewan Pengampunan dan Pembebasan Bersyarat Texas.

Pria 69 tahun itu meminta pengadilan agar tidak melaksanakan eksekusi suntik mati kepada anaknya, yang dijadwalkan Kamis (22/2/2018).

Baca juga : Gabung ISIS, Perempuan Jerman Dijatuhi Hukuman Mati Pengadilan Irak

Dalam petisinya, Whitaker berkata selama dia dirawat, dia berada dalam pilihan tenggelam dalam depresi, atau menawarkan pengampunan pada putranya.

Naluri serta keyakinannya saat itu mantap membawanya kepada pilihan kedua. Dia berharap bisa meluluhkan pejabat hukum di Texas.

Dia berharap pemerintah Texas bisa mengabulkan keinginannya. Yakni mengubah hukuman mati menjadi hukuman seumur hidup.

"Jujur, saya tidak meminta Anda mengampuni atau melepaskannya. Saya hanya berharap Anda membiarkannya hidup," pinta Whitaker dalam petisinya.

Adapun kepada Sky News, Whitaker mengaku sulit untuk menutup atas kenyataan bahwa putranya telah membunuh keluarganya sendiri.

Namun, dia menyatakan jika dia mengizinkan hukuman mati diberikan, maka hal itu bakal bertentangan dengan keinginan Tricia dan Kevin.

"Keinginan itu (hukuman mati) bakal menjadi hal terakhir yang bakal mereka berdua minta," ujar Whitaker kembali.

Dalam kejadian itu, Bart berpura-pura bergumul dengan si pelaku, dan terkena tembakan di lengan agar tidak dicurigai sebagai otak utama.

Namun, dalam sidang Maret 2007, Chris Brashear dan Steven Champagne, bersaksi bahwa Bart menjanjikan uang kepada mereka jika berhasil membunuh keluarganya.

Baca juga : Otak Pembunuhan Satu Keluarga di Medan Divonis Hukuman Mati

Tujuannya, Bart yang kini berusia 38 tahun itu bisa mengamankan asuransi keluarga yang bernilai 1,5 juta dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp 20,3 miliar.

Kesaksian keduanya sudah cukup untuk menyebut Whitaker telah melakukan kejahatan utama. Sesuai hukum di Texas, pelaku bakal menerima vonis disuntik mati.

Adapun sebagai ganti kesaksian mereka, Brashear menerima penjara seumur hidup, dan Champagne 15 tahun mendekam di bui.

The Sun memberitakan, dewan bakal segera mengambil keputusan Selasa (20/2/2018), dua hari sebelum eksekusi.

Jika mereka memberikan rekomendasi positif, maka Gubernur Texas Greg Abbott akan mengumumkannya.

Pusat Informasi Hukuman Mati menyatakan, sejak Mahkamah Agung AS mengaktifkan kembali hukuman mati di 1976, pemberian grasi berdasarkan permintaan keluarga terpidana mati hampir tidak pernah terdengar.

Fred Felcman, Asisten Jaksa Penuntut di Fotr Bend County berujar, hukuman mati diberikan sebagai bentuk pelayanan hukum mereka ke masyarakat.

"Kami tidak mewakili satu orang. Namun, kami mengabdi ke seluruh warga di sini," tegas Felcman.

Baca juga : Dokter yang Diganjar Hukuman Mati di Iran Akui Jadi Mata-mata Israel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com