2000-an
Pada 2000, Mugabe memaksa 4.000 petani kulit putih untuk menyerahkan lahan mereka. Hasil produksi pertanian di Zimbawe tumbang dalam satu malam.
"Saat itu pasokan pangan langsung menurun. Orang-orang kelaparan," kata Akinluyi.
Perubahan itu diikuti masa panen yang buruk dalam dua tahun dan musim kering menyelimuti Zimbabwe, menjadikannya negara dengan tingkat kelaparan terburuk dalam 60 tahun terakhir.
Di tengah kekurangan stok kebutuhan dasar yang kronis, bank sentral menggenjot mesin cetak uangnya untuk membiayai impor.
Hasilnya, inflasi merajalela.
Baca juga : Rakyat Zimbabwe Hidup Miskin, Putra Mugabe Pamer Kekayaan di Medsos
Pada puncak krisis, harga di Zimbabwe meningkat dua kali lipat setiap 24 jam.
Ekonom Cato Institute memperkirakan inflasi bulanan melonjak hingga 7,9 miliar persen pada 2008.
Pengangguran melonjak tajab, fasilitas layanan publik bangkrut, dan perekonomian menyusut 18 persen pada 2008.
Zimbabwe memutuskan untuk tidak menggunakan mata uangnya, dolar Zimbabwe, sehingga transaksi dilakukan dalam dolar Amerika Serikat, rand Afrika Selatan, dan 7 mata uang lainnya.
2010-an
Mugabe mulai merespons sanksi internasional pada 2010 dengan mengancam akan merebut semua investasi milik negara barat di negara tersebut.
Ancaman itu membuat calon investor kian menjauh.
Baca juga : Bonus Belum Dibayar, PNS Zimbabwe Mogok Kerja
Pemerintahan Mugabe telah mengalihkan fokusnya dari pertanian ke pertambangan. Dia juga memerintahkan semua penambang berlian untuk menghentikan aktivitas dan meninggalkan area tambang.
Rencananya, sebuah entitas yang dikelola negara akan mengambialih operasi pertambangan.
Kini, Zimbabwe sedang berjuang untuk mendapat kucuran dana segar dari negara lain, setelah industri ekspor utama tercekik.
Akhir tahun lalu, negara tersebut mulai mengeluarkan surat utang yang dihargai 1 dolar AS, dalam upaya mengurangi kekurangan uang tunai.
Baca juga : Ada Daging Gajah dan Singa di Pesta Ultah Presiden Robert Mugabe
Akinluyi mengatakan situasi saat ini sangat memprihatinkan, sebab Zimbabwe memiliki banyak potensi.
"Mereka memiliki berlian, batu bara, tembaga, bijih besi. Mereka punya sumber daya," katanya.
"Saya pribadi berpikir keadaan akan cepat membaik dengan orang yang tepat berkuasa," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.