SEOUL, KOMPAS.com - Sebuah video mengejutkan yang menampilkan para perawat dipaksa menari erotis di hadapan para petinggi sebuah rumah sakit di Korea Selatan menjadi viral di dunia maya.
Video itu muncul pekan lalu setelah seorang perawat mengunggahnya ke media sosial tentang apa yang terjadi dalam ajang kompetisi olahraga tahunan bulan lalu.
Dalam video itu diperlihatkan para perawat mengenakan pakaian yang "menggoda" menari dengan gaya erotis yang jelas sekali sudah dilatih berkali-kali.
Perawat yang mengunggah video itu nampaknya ingin mengatakan kondisi ini bukan yang pertama kali.
Baca juga : Karaoke Penyedia Layanan Tari Erotis Digerebek
"Mereka yang dipaksa menari biasanya adalah para perawat baru yang tak bisa menolak perintah semacam itu," kata perawat itu dalam komentar yang mengikuti unggahan videonya.
"Kami dipaksa menari di depan para petinggi rumah sakit yang duduk berdampingan di meja yang amat panjang," tambah dia.
Kisah ini pertama kali dimunculkan sebuah media online Korea Selatan YTN yang menyebut para perawat itu harus berlatih tiga sampai empat jam sehari untuk pementasan tari erotis tersebut.
Salah satu perawat, masih ujar YTN, tetap dipaksa menari meski sedang mengandung. Dia tak bisa menolak karena takut kehilangan pekerjaan.
Video ini membuat Asosiasi Perawat Korea menyerukan investigasi menyeluruh terhadap insiden yang terjadi di RS Sacred Heart di Universitas Hallym, Chuncheon. Demikian harian The Korea Times.
"Ini adalah sebuah penghinaan terhadap harga diri dan profesi seorang perawat," demikian pernyataan Asosiasi Perawat Korea.
"Banyak perawat yang bertahan menghadapi beban pekerjaan, gaji kecil, dan lembur berkepanjangan dengan penuh profesionalisme."
"Sehingga hal ini merupakan penghinaan dan sebuah kejahatan terhadap para perawat itu," tambah asosiasi.
Baca juga : Kafe dengan Tarian Erotis Cuma Ditegur, Organisasi Pesantren NU Protes
Sementara itu, Kementerian Tenaga Kerja Korea Selatan mengatakan segera melakukan investigasi terkait masalah tersebut.
"Evaluasi internal sedang berlangsung. Jika kami menemukan masalah hukum maka kami akan menggugat para pejabat rumah sakit yang bertanggung jawab," demikian kata pejabat Kemenaker Korea Selatan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.