Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Duterte Masih Menjadi Harapan Terbaik bagi Warga Tertinggal

Kompas.com - 13/10/2017, 15:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Tak hanya itu, perubahan lain yang dirasakan Manuel menguntungkan adalah sekarang dia bisa memiliki kartu kesehatan. Dengan kartu itu, dia bisa datang ke Rumah Sakit Umum dan mendapatkan konsultasi gratis.

“Jika saya pergi ke barangay (kecamatan), saya juga bisa dapat pelayanan kesehatan secara gratis,” dia melanjutkan. “Dulu cukup susah untuk mendapatkan kartu ini, namun sekarang semua bisa mendapatkannya dalam 3 hari!”

Manuel juga merasakan saat ini lebih aman ketimbang sebelum Duterte. Dulu, menurut dia, cukup berbahaya jika keluar di malam hari. Sekarang, tidak lagi.

“Saya merasa aman berjalan di luar malam-malam! Polisi makin aktif, mafia-mafia narkoba ketakutan dan sekarang ada lebih banyak pengawasan di kota ini,” katanya

Menyinggung soal narkoba, saya merujuk pada aksi pemberantasan yang dilakukan Duterte, termasuk penembakan terhadap remaja dan anak-anak yang menyulut kemarahan dari beberapa kalangan. Manuel tampak tenang, namun tak terkejut.

Baca juga: Benarkah Putra dan Menantu Duterte Terlibat Jaringan Narkoba?

“Orang Filipina sangat religius, kami tak ingin melukai siapapun. Saya tidak ingin mengatakan bahwa demi tujuan akhir pemberantasan narkoba itu, segala cara dihalalkan. Tapi pada titik tertentu, Anda harus memikirkan tentang mayoritas penduduk,” paparnya.

“Manusia memiliki hak untuk hidup. Namun apa yang terjadi jika narkoba membahayakan hak kami sendiri untuk hidup, ketika mereka meracuni anak-anak kami? Jika orang terus diberitahu untuk berubah namun mereka tidak mendengarkan, apa yang bisa kita lakukan?” kata Manuel. 

Manuel mengakui, ada yang berpendapat bahwa metodenya drastis dan belum pernah dipakai sebelumnya. "Namun mungkin ini satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan, karena kami sudah mencoba semuanya. Presiden yang sebelumnya, mereka telah mencoba, namun mereka terlalu takut untuk menyinggung orang,” katanya lebih lanjut.

Mereka, kata Manuel, selalu mengejar popularitas. Mereka ingin dilihat dengan lensa yang baik dan mereka tidak ingin merusak hubungan mereka dengan perusahaan atau senator lainnya.

“Orang-orang yang berkuasa akan selalu berada di sana. Selalu meremehkan. Namun, saya rasa Duterte akan tetap bertahan. Jika ada orang-orang yang berusaha memengaruhinya, ia akan tetap memikirkan hal terbaik untuk orang Filipina,” kata Manuel.

Selama beberapa dekade, keluarga yang sama telah mendominasi politik dan bisnis di Filipina – Keluagra Osmena, Cojuangco, Aquino – daftarnya masih panjang. Untuk orang biasa seperti Manuel, janji manis dari Revolusi People Power yang mendepak kediktatoran Marcos masih belum terpenuhi.

Lingkungan Manuel–terkenal atas babi panggangnya (“La Loma: kampung halaman Lechon--sebuah masakan babi), merefleksikan situasi yang cukup suram.

Selama bertahun-tahun, area tersebut makin padat dengan gedung-gedung yang tinggi, menampung makin banyak orang. Terlebih lagi, setelah lebih dari empat dekade tinggal di sini, Manuel masih belum memiliki propertinya sendiri.

“Seorang teman saya ingin mengajukan pinjaman 1 juta peso. Dia diberitahu oleh bank bahwa ia perlu menyimpan 1 juta peso sebagai deposit untuk dapat pinjamannya! Bagaimana orang seperti saya dapat uang sebesar itu? Inklusivitas keuangan sudah mati di negara ini,” Manuel mengeluhkan.

Di balik latar belakang kemandekan, Duterte (walaupun dirinya sendiri berasal dari sebuah klan politik yang berpengaruh), membawa perubahan, paling tidak kepada Manuel dan keluarganya.

Meskipun ada penurunan tingkat kesukaan sebesar 18 poin dalam survei terkini dari Social Weather Stations (SWS), dan keraguan atas keberhasilan perang berdarah anti-narkobanya, kelihatannya untuk banyak orang, Duterte masih menjadi harapan untuk masa depan yang lebih baik.

“Saya punya empat anak. Putri sulung saya bekerja di sebuah call center. Putra saya, berusia 17 tahun, saat ini kelas 3 SMA. Sebentar lagi, ia ingin pergi ke perguruan tinggi. Dia sangat andal dengan angka dan ingin menjadi akuntan. Saya sendiri tidak pernah mendapat gelar,” kata Manuel.

“Mengenai Duterte, saya tidak bisa menilai moralitas situasi ini. Namun saya bisa melihat hasil, dan selama saya melihat situasi sekitar saya membaik, saya akan selalu mendukungnya,” lanjut Manuel.

Benar, Manuel tak peduli dengan menurunnya tingkat kesukaan publik terhadap Duterte. Terlihat dari apa yang dia katakan.

“Banyak hal yang bermanfaat untuk orang Filipina tapi tidak diumumkan. Ada pepatah, ’Jika tidak kontroversial maka itu bukan berita yang bagus’.”

“Tapi demi anak-anak saya,” Manuel berkata tegas, “saya harus percaya sesuatu. Saya harus memiliki sebuah harapan.” 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com