Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa AS Meninggal Setelah 6 Hari Dievakuasi Darurat dari Korut

Kompas.com - 20/06/2017, 06:30 WIB

Pada Maret 2016, dia divonis 15 tahun untuk kerja paksa. Sebuah hukuman yang dianggap oleh pemerintah AS sebagai dipaksakan karena tidak sesuai dengan dugaan kejahatannya.

Trump kecam Korut

Kasus ini menarik perhatian Presiden AS Donald Trump. Dia mengutuk "rezim brutal" Pyongyang yang telah menyiksa pemuda tersebut, sembari menyuarakan belas kasihan kepada keluarga Warmbier.

"Ini adalah rezim yang brutal," katanya saat menghadiri acara di Gedung Putih. "Hal buruk terjadi tapi setidaknya kita membawanya pulang ke orangtuanya."

Dalam sebuah pernyataan terpisah, Trump berkata, "Nasib Otto memperdalam tekad pemerintahku untuk mencegah tragedi semacam itu menimpa orang-orang yang tidak bersalah di tangan rezim yang tidak menghormati peraturan hukum atau kesusilaan dasar manusia."

Baca: Korut Jatuhkan Hukuman Kerja Paksa 15 Tahun untuk Mahasiswa AS

"AS sekali lagi mengutuk kebrutalan rezim Korut saat kami meratapi korban terakhirnya."

Ketegangan AS dan Korut

Pembebasan Otto terjadi di tengah ketegangan yang meningkat antara AS dan Korut, menyusul serangkaian tes rudal oleh Pyongyang. Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, menyebutnya "bahaya yang nyata dan bahaya bagi semua orang."

Ayah Otto Warmbier, Fred, sempat mengecam Pemerintah Korut yang telah menahan anaknya.

"Tidak ada alasan bagi negara beradab untuk merahasiakan kondisinya dan menolaknya untuk perawatan medis terbaik baginya," kata dia saat jumpa pers, pekan lalu.

Keluarga Warmbier mengatakan, mereka percaya pemuda tersebut telah menemukan kedamaian setelah diterbangkan pulang.

"Ketika Otto kembali ke Cincinnati pada 13 Juni, dia tidak dapat berbicara, tidak dapat melihat dan tidak dapat bereaksi terhadap perintah lisan. Dia tampak sangat tidak nyaman," kata mereka.

"Meskipun kita tidak akan pernah mendengar suaranya lagi, dalam satu hari wajah wajahnya berubah – dia merasa damai. Dia di rumah dan kami yakin dia bisa merasakannya," ujar dia.

Baca: Siapa Warga AS yang Ditangkap di Korea Utara?

"Kami berterima kasih kepada semua orang di seluruh dunia yang telah mendoakkannya dan keluarga kami, dalam pikiran dan doa mereka. Kami juga damai, dan di rumah juga."

Saat ini, masih ada tiga warga AS lainnya yang ditahan oleh Korut. Dua orang di antaranya adalah pengajar di Universitas Pyongyang yang didanai oleh kelompok Kristen luar negeri, dan seorang pendeta Korea-Amerika yang dituduh melakukan spionase untuk Korsel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com