Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Gulzar Khan, Pria Pakistan Beristri Tiga dan Beranak 36 Orang

Kompas.com - 16/06/2017, 15:15 WIB

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Sensus penduduk yang dilakukan Pakistan pertama kali dalam 19 tahun mengungkap berbagai fakta unik yang menyebabkan melonjaknya jumlah penduduk negeri itu.

Salah satu kontributor yang membuat Pakistan memiliki angka kelahiran tertinggi di Asia Selatan adalah beberapa pria yang memiliki puluhan orang anak.

Salah satunya adalah Gulzar Khan (57) yang tinggal di kota Bannu di wilayah barat laut Pakistan bersama istri ketiganya yang sedang mengandung.

"Kami ingin menjadi lebih kuat," kata Gulzar didampingi 23 dari 36 anak hasil dari tiga pernikahannya itu.

"Mereka begitu banyak, sehingga saat hendak bermain kriket mereka tak perlu lagi mencari teman," kata Gulzar sambil terkekeh.

"Jika ditotal dengan jumlah cucu maka semua keturunan saya mencapai lebih dari 150 orang," tambah dia.

Gulzar tak sendirian dalam urusan memiliki lebih dari satu istri dan puluhan anak. Saudara laki-lakinya, Mastan Khan Wazir juga memiliki tiga istri.

Baca: Sopir Truk Asal Pakistan Ini Punya 5 Istri dan 54 Anak

Sejauh ini, Wazir (70) "baru" memiliki 22 orang anak, tetapi seperti halnya Gulzar, dia tak bisa menghitung lagi jumlah cucunya.

Wazir yang bercambang lebat dan gemar mengenakan banyak cincin itu merupakan selebriti di Waziristan Utara.

Wazir mudah dikenali ketika sebuah jip berwarna-warni dengan musik khas Pashto menggelegar dari mobil itu muncul di jalanan.

Satu pertanyaan yang menggelitik banyak orang adalah, bagaimana Gulzar atau Wazir membiayai keluarga super besarnya itu?

"Tuhan telah berjanji akan menyediakan makanan dan kebutuhan lainnya, tetapi banyak orang kurang beriman," ujar Wazir kepada AFP.

Pemahaman yang sama juga disampaikan Jan Mohammed yang tinggal di kota Quetta, provinsi Balochistan.

Bapak dari 38 anak ini yakin bahwa Tuhan akan memenuhi semua kebutuhan keluarganya.
Atas keyakinannya itu, Jan berniat untuk memiliki 100 orang anak.

Sensus penduduk terakhir digelar Pakistan pada 1998 dan saat itu penduduk negeri tersebut sudah mencapai 135 juta jiwa.

Sensus terbaru yang digelar sejak awal tahun akan berakhir Juli mendatang dan diperkirakan penduduk Pakistan bakal mendekati angka 200 juta jiwa.

Memang, perekonomian Pakistan diharapkan bakal melejit dibanding satu dekade terakhir. Bahkan bulan lalu, pemerintah Islamabad sudah menaikkan anggaran pembangunan hingga 40 persen.

Namun, para pengamat memperingatkan jika pertumbuhan penduduk tak terkendali maka pertumbuhan ekonomi akan terganggu.

Apalagi, lapangan pekerjaan belum bisa menyerap seluruh sumber daya manusia yang membuat lebih dari 60 juta warga Pakistan hidup di bawah garis kemiskinan.

"Terlalu banyak penduduk merupakan sebuah masalah karena memengaruhi perekonomian dan menggerogoti hasil pembangunan," kata Zeba A Sahar, direktur dewan kependudukan PBB untuk Pakistan.

Sathar memperkirakan, hasil sensus akan menunjukkan pertumbuhan penduduk melambat karena rendahnya angka kelahiran, meski masih menjadi yang tertinggi di Asia Selatan.

Saat ini lanjut Sathar, sudah mulai muncul pemahaman di seluruh Pakistan bahwa perempuan butuh beristirahat usai melahirkan.

Baca: Beristri Empat, Pria Ini Terapkan Jam Malam dan Tiap Istri Dapat Rumah

"Tubuh perempuan butuh istirahat setidaknya 18 bulan sebelum melahirkan kembali," kata Sathar.

"Hal yang hilang selama ini adalah adanya informasi seputar dampak terhadap perempuan," tambah dia.

Sementara itu, aktivis perempuan Aisha Sarwari mengatakan, memberikan lebih banyak pilihan kepada para perempuan Pakistan mungkin bisa mengubah kondisi ini.

"Akses terhadap keluarga berencana bagi perempuan bisa menjadi jalan untuk mengubah kondisi ini," ujar Sarwari.

"Perempuan yang berdaya memiliki lebih sedikit anak, dan hal ini menciptakan pola pikir yang akan menuntun mereka menuju kesejahteraan keluarga. Dan hal ini yang harus didorong terus menerus," tambah Sarwari.

Perlunya mengerem kelahiran anak juga disadari Gulzar Khan. Apalagi perseteruan antar-suku di Pakistan mulai menghilang.

"Berkat kuasa Tuhan, situasi sudah berubah, perang sudah berakhir sehingga saat ini menurunkan pertumbuhan penduduk bukan hal yang buruk," kata Gulzar.

Selain itu, menurut Gulzar, jika tak menambah anak maka dia akan memiliki banyak waktu bersantai dan melakukan kegiatan lain.

"Jika seseorang tak memiliki banyak anak, maka orang itu pasti punya waktu untuk bercinta dengan istri-istrinya," ujar Gulzar.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com