Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Reaksi Dunia atas Serangan 60 Rudal Tomahawk AS ke Suriah?

Kompas.com - 07/04/2017, 16:13 WIB

PARIS, KOMPAS.com –  Serangan 60 rudal tomahawk Amerika Serikat ke pangkalan militer Suriah, Kamis (6/4/2017) malam, menimbulkan reaksi keras dari berbagai negara di dunia.

Militer AS melancarkan serangan tiba-tiba ke Suriah sebagai tanggapan atas serangan senjata kimia beracun oleh terduga militer Suriah kepada warga sipil di Idlib, sejak Selasa lalu.

Serangan ke pangkalan militer Al Syairat, dekat Homs, Suriah itu, merupakan serangan langsung pertama AS kepada pasukan rezim Suriah sejak AS melakukan intervensi militer ke Suriah sejak September 2014.

Serangan itu juga menjadi perintah militer paling dramatis pertama yang diambil Donald Trumpsejak memegang jabatan sebagai Presiden AS.

Baca juga:  Serangan Senjata Kimia Tewaskan 70 Orang di Idlib, Suriah

Hanya ada dua negara yang menyebut serangan itu berlebihan dan melanggar kedaulatan Suriah, tetapi banyak negara justru mendukung langkah terbaru militer AS tersebut.

Menentang

Hingga Jumat (7/4/2017) ini, baru dua negara yang mengecam aksi militer AS tersebut, yakni Rusia dan Iran. Dua negara ini merupakan sekutu dekat Suriah.

Mereka bergabung dalam koalisi yang dipimpin Rusia untuk memerangi pemberontak di Suriah.

Rusia, yang telah terlibat dalam serangan udara di Suriah sejak September 2015 dan merupakan sekutu utama rezim Presiden Bashar al-Assad, menentang keras serangan AS tersebut.

Baca jugaTrump: Presiden Suriah adalah Diktator, Mari Warga Dunia Bersatu 

Kremlin menyebut serangan itu sebagai sebuah “agresi melawan kedaulatan negara yang melanggar norma-norma internasional”.

Aksi militer terbaru AS itu, menurut Kremlin, telah menimbulkan "kerusakan besar" yang dapat mengganggu hubungan AS-Rusia.

Sebagai respon pertamanya, Moskwa mengatakan akan "menangguhkan" kesepakatan dengan AS demi menghindari bentrokan di wilayah udara Suriah.

Rusia juga menyerukan perlunya pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk menyikapi serangan AS tersebut.

Rezim Iran, juga sekutu dekat Suriah,  "mengecam keras" serangan AS tersebut dan mengutuk "semua aksi militer sepihak".

Baca juga Balas Serangan Gas Beracun, AS Tembakkan 60 Rudal Tomahawk ke Suriah

Dikatakan tindakan AS itu dilakukan dengan menggunakan dalih untuk menanggapi serangan dengan senjata kimia di Provinsi Idlib yang menewaskan 72 orang.

Mendukung

Sejumlah negara Barat, Arab, dan dari Asia justru mendukung langkah militer AS yang menyerang pangkalan militer Suriah di dekat Homs itu.

Dalam pernyataan bersama, Perancis dan Jerman menegaskan, Assad pantas menanggung akibat serangan militer AS itu karena telah melakukan serangan dengan senjata kimia kepada warga sipil.

Penyataan bersama itu disampaikan Presiden Perancis, Francois Hollande dan Kanselor Jerman, Angela Merkel.

Inggris, sekutu dekat AS, juga mengatakan, pihaknya “mendukung penuh” serangan ke pangkalan militer Suriah itu.

Baca juga: Serangan Senjata Kimia di Suriah, Siapa yang Bertanggung Jawab?

London menilai, serangan itu merupakan "respon yang tepat atas serangan barbar dengan senjata kimia” dan "dimaksudkan untuk mencegah serangan (senjata kimia) lebih lanjut."

Sementara Turki, sekutu AS di Pakta Pertahanan Atlantik utara (NATO), yang juga merupakan pemain kunci dalam konflik Suriah menyambut serangan AS sebagai langkah "positif."

Diplomat senior Turki menambahkan, "Kami percaya bahwa rezim Assad harus dihukum sepenuhnya di panggung internasional."

Antara juga menyerukan perlunya zona larangan terbang di Suriah sebagai tanggapan atas serangan dengan 60 rudal tomahawk AS ke pangkalan militer Assad tersebut.

Sementara pemerintah Arab Saudi, Jumat (7/4/2017), menyatakan, negara kerajaan mendukung penuh serangan udara AS ke pangkalan militer Suriah itu.

Kemenlu Arab Saudi menyatakan, negara kerajaan itu mendukung penuh operasi militer AS yang menarget basis militer Suriah.

Operasi itu “sebagai tanggapan atas penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah yang menyasar warga sipil tak berdosa,” kata  pejabat kementerian kepada kantor berita negara, SPA.

Pejabat kementerian mengatakan, hanya harus menyalahkan dirinya sendiri karena "kejahatan keji seperti itu sebenarnya telah dilakukan selama bertahun-tahun terhadap rakyat Suriah."

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel "mendukung penuh” serangan AS itu, yang dilihatnya sebagai “pesan yang kuat dan jelas” terhadap Suriah.

Baca jugaBalas Dendam Pakai 60 Rudal Tomahawk ke Suriah, Apa yang Disasar AS?

Ia berharap, pesan itu juga memiliki resonansi yang kuat bagi Teheran, Pyongyang, dan negara lain manapun.

Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon menilai, AS telah mengirimkan pesan kuat terkait penggunaan senjata kimia, dengan serangan rudal-rudal tomahawk ke Suriah.

Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, ,mengatakan, pemerintah Jepang "mendukung tekad pemerintah AS yang tidak mentolerir penyebaran dan pengunaan senjata-senjata kimia”.

Oposisi Suriah, yang menjadi target serangan senjata kimia oleh terduga Suriah, mengatakan, serangan AS itu “belum cukup” untuk membalas kejahatan atas penggunaan senjat kimia.

Menurut oposisi, masih ada 26 pangkalan militer Suriah yang melakukan serangan dengan menarget warga sipil.

Netral

Sedangkan China memberikan suara yang berbeda. Beijing menyampaikan reaksi yang netral dengan mengatakan, pihaknya "mendesak" para pihak untuk menghindari "kerusakan lebih lanjut atas situasi" yang ada di Suriah.

Seorang juru bicara kementerian luar negeri China menambahkan, "Kami menentang penggunaan senjata kimia oleh negara, organisasi atau individu dalam keadaan apapun, untuk tujuan apapun.”

China sering berdiri di sisi Rusia dalam memveto setiap resolusi DK PBB yang dilakukan AS dan sekutunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com