Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mariam, Mahasiswi yang Kuliah Jarak Jauh dari Aleppo ...

Kompas.com - 02/02/2017, 06:08 WIB

Di mata Mariam, perang saudara ini bisa menjadi sangat berbahaya, namun teman-temannya berhasil menghubungi universitas, dan ia mampu mengatur kembali ujiannya.

Cuaca dan masalah penerangan menjadi tantangan sehari-hari. Terutama di musim dingin, dengan suhu di bawah titik beku Aleppo pekan ini.

Air bersih hanya tersedia setiap tiga atau empat minggu. "Saat air ada, kami menyimpan banyak," kata dia.

Hari normal

Pertempuran panjang bukan hanya berlangsung antara pemerintah dan pasukan pemberontak di Aleppo.

Ada juga kelompok yang menamakan diri sebagai Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), yang keberadaannya tidak jauh dari kota itu.

Perempuan muda ini harus belajar di malam hari dengan cahaya lilin. Namun, ia tidak mengeluh.

Malah, ia berbicara soal kerinduannya untuk menjalani satu "hari normal" sebagai seorang mahasiswi.

Dan apa yang akan ia lakukan dengan itu? "Saya ingin melakukan banyak hal hari ini," katanya.

"Saya ingin berkuliah di kampus layaknya seorang mahasiswa. Saya ingin pergi bermain dengan teman-teman saya," sebut dia.

"Saya ingin berkumpul dengan keluarga saya."

Lalu, ia berhenti sejenak. "Dan ingin melihat teman-teman saya yang hilang," sebutnya.

Membangun kembali masa depan

Tetapi dalam situasi menghadapi kehancuran, mengapa ia begitu mengkhawatirkan soal gelar?

Mariam mengatakan pengalaman perang telah membuat pendidikan nampak lebih penting. Sesuatu yang positif yang menghubungkan orang-orang dengan peluang untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

"Kami memiliki motivasi yang kuat membangunnya, tak peduli seberapa berat," katanya.

"Anda bisa melihatnya saat anak-anak pergi ke sekolah, meskipun mereka bisa terkena bom setiap saat."

"Pendidikan selalu penting dalam hidup saya. Ini memberi saya harapan bahwa saya bisa memiliki masa depan yang lebih baik," kata dia.

"Ini akan membantu saya untuk membangun kembali negara saya dan segala sesuatu yang telah hancur."

Mariam tengah menuntut ilmu untuk meraih gelar bidang bisnis. University of People, yang berbasis di California, memang membantu orang-orang di seluruh dunia yang tidak memiliki akses ke universitas, termasuk 15 siswa di Aleppo.

Universitas online yang didukung oleh orang-orang berasal dari Gates Foundation, Hewlett Packard, dan Google, menawarkan program gelar empat tahun terakreditasi.

Mereka memperoleh pengajaran dari para relawan akademisi dan staf universitas yang sudah pensiun.

Presiden universitas, Shai Reshef, mengatakan, "Kami adalah sebuah pilihan bagi mereka yang tidak memiliki pilihan lain".

Mariam melihat proses belajar ini sebagai semacam garis hidup dan sumber harapan.

Dia mengatakan, setiap siswa di seluruh dunia harus menghargai kesempatan yang mereka miliki.

Ia hanya bisa bermimpi untuk memiliki sebuah kehidupan normal seperti banyak orang lain.

"Saya berharap bahwa siapa pun melihat cerita saya tidak akan berkecil hati dengan kesulitan yang mereka hadapi," katanya.

"Saya yakin bahwa setelah kesulitan yang kita alami ada kelahiran kembali yang besar, dan untuk menghormati teman, tetangga dan orang-orang Suriah yang kehilangan nyawanya karena perang ini, kita harus tetap optimistis."

"Jika saya merasa putus asa, ibu saya mengatakan kepada saya, 'ini akan berlalu'.'"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com