Sentimen masyarakat Amerika yang saya temukan di Grand Rapids menunjukkan hal tersebut. Kelas pekerja kulit putih marah melihat terkikisnya kesempatan mereka dalam memengaruhi arah pemerintahan.
Kaum minoritas Amerika, khususnya pertumbuhan populasi Hispanik, mungkin akan merasa terus dimusuhi Trump, dan keuntungan yang telah diraih sejak 2008 menjadi berbalik. Jelas, siapa pun yang akan memenangkan kursi presiden ini, harus meredam nafsu itu dan menyatukan negara.
Tapi sungguh sulit melihat bagaimana ini akan berjalan mengingat sengitnya kampanye berlangsung. Ada dua kandidat yang luar biasa tapi sekaligus memiliki cacat. Trump yang rasis dan gertakannya yang menawan, dan Clinton dengan karakternya yang menegangkan sejak suaminya, Bill menjadi Presiden.
Akankah salah satu dari mereka benar-benar miliki otoritas—politik maupun moral—untuk menggaet dukungan publik Amerika. Akankah pemerintahan berjalan baik seandainya Senat dan Kongres terbagi antara Republik dan Demokrat? Dan bagaimana dampaknya bagi Asia Tenggara?
Untuk alasan-alasan tersebut, menurut saya, sepatutnya Asia Tenggara bersiap diri karena Amerika akan semakin mementingkan dirinya sendiri. Kalau tidak curang maka tidak akan menang. “Poros Asia”-nya Obama pun boleh jadi hanya akan menjadi kenangan.
Asia Tenggara seperti memiliki dua kekuatan super di tangan. Di satu sisi, kita menginginkan investasi dan perdagangan dari China, tapi di sisi lain, juga membutuhkan kekuatan militer dan politik dari Amerika untuk menyeimbangkan “The Middle Kingdom”.
Jangan lupa bahwa Xi Jinping sedang memperkuat kekuasaanya di Beijing sehingga kelemahan Washington pada isu-isu ras, pemerintahan, dan bisnisnya dengan China, akan semakin memperkuatnya.
Di tahun-tahun mendatang, kita mungkin akan mengingat kembali Trump dan gemuruh teriakannya—bagaikan “Greek Chorus”—yang menggambarkan kemunduran tak terelakkan dari sebuah negara besar dan prinsip-prinsip yang dibangunnya.
*Artikel CERITALAH USA--akan terbit setiap hari mulai Kamis (3/11/2016)-- merupakan rangkaian dari CERITALAH ASEAN, yang ditulis dari perjalanan Karim Raslan selama 10 hari ke AS dalam rangka mengamati pemilu di sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.