Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kubu Republik Terpecah akibat Donald Trump

Kompas.com - 12/10/2016, 06:51 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Rekaman video Donald Trump sesumbar tentang kemampuannya melecehkan perempuan yang kini beredar luas memecah kubunya sendiri.

Kasus itu juga jadi sasaran empuk bagi para pengkritik kandidat presiden AS dari Partai Republik itu, seperti dilaporkan Deutche Welle, Selasa (11/10/2016).

Bintang Hollywood dan mantan Gubernur California dari Partai Republik, Arnold Schwarzenegger, menyatakan, sikap Trump yang tidak menghormati perempuan jadi penentu keputusannya untuk tidak mendukung Trump dalam pemilu 8 November mendatang. 

Jumat (7/10/2016) lalu, sebuah rekaman video dari tahun 2005 tiba-tiba dipublikasikan.

Dalam rekaman itu, Trump sesumbar tentang kemampuannya melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan karena status dan kesuksesannya.

Sehari setelahnya, Schwarzenegger menulis pada jejaring sosial Twitter bahwa ia tidak akan memberikan suaranya kepada Trump. Itu akan terjadi untuk pertama kalinya sejak ia jadi warga negara AS tahun 1983.

Aktor Schwarzenegger mengaku, ia sendiri bukan orang suci dan penyelewengan serta kesalahannya sudah tersebar luas lewat media. Ia juga harus minta maaf berkali-kali kepada perempuan.

Namun, kata aktor tersebut, saling menghormati antar-jender menjadi basis fundamental hubungan sosial dan pribadi.

"Saya pikir tidak bisa diterima bahwa seseorang yang akan menduduki posisi presiden AS merendahkan upaya, peran, dan eksistensi perempuan," katanya.

Meski demikian, Schwarzenegger tidak menyatakan akan memberikan suaranya kepada Hillary Clinton, kandidat presiden AS dari Partai Demokrat.

Schwarzenegger bukan satu-satunya selebriti yang menentang Trump. Robert de Niro, yang dengan jelas menunjukkan kemarahannya, menghina Trump dan menyebutnya anjing dan bodoh dalam sebuah rekaman video.

Beberapa selebriti berkali-kali mengolok Trump lewat show mereka, seperti Alec Baldwin dan John Oliver.

Video berisi sesumbar Trump tentang pelecehan seksual terhadap perempuan juga jadi topik yang mereka soroti.   

Sejumlah selebriti sebelumnya sudah mengecam Trump sejak ia jadi calon presiden resmi dari Partai Republik.

Misalnya, penulis buku populer Harry Potter, J K Rowling, aktor Samuel L Jackson, penulis Stephen King, artis Susan Sarandon, dan penyanyi Cher.

Sementara itu, ilmuwan Stephen Hawking menyatakan Trump adalah pemimpin yang memperoleh nama karena mengeksploitasi prasangka buruk terhadap kelompok tertentu dalam masyarakat dan mengeksploitasi sikap tidak peduli warga.

Sebaliknya dengan bintang Scott Baio. Ia menyatakan pelecehan seksual terhadap perempuan yang disebut Trump memang sering terdengar di tempat ganti baju bagi pria. Jika orang yang merasa tersinggung, berarti belum dewasa.

Terpecah

Sikap di dalam Partai Republik juga sudah jelas terlihat sejak beberapa lalu. Semua mantan presiden dari Partai Republik yang masih hidup tidak menyatakan dukungan bagi Trump. Tidak ada yang tampil pada kampanye Trump.

Berlawanan dengan Presiden Barack Obama dan ibu negara Michelle Obama yang tampil berkali-kali dalam kampanye Hillary.

Sehari setelah munculnya rekaman video ketika Trump sesumbar tentang kemampuannya melecehkan perempuan, calon wakil presidennya, Mike Pence, menyatakan, sebagai suami dan ayah, ia merasa dihina.

Ted Cruz yang dulu juga jadi salah satu calon presiden dari Partai Republik kini memperhitungkan untuk menarik dukungannya bagi Trump.

Sementara itu, calon lainnya dari Partai Republik, Marco Rubio, menyebut Trump orang paling vulgar yang pernah berusaha jadi presiden. Ia juga tidak menyatakan dukungan bagi Trump.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com