Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengawal Sekularisme, Erdogan, dan Kudeta

Kompas.com - 16/07/2016, 14:14 WIB

Kudeta memorandum 1997

Erbakan menjadi perdana menteri pada 1996 berkoalisi dengan Partai Jalan Benar (DYP) pimpinan Tansu Ciller.

Sebagai perdana menteri Erbakan berusaha memperbaiki hubungan Turki denga negara-negara Arab dan menjalankan program untuk memakmurkan rakyat.

Namun, selama pemerintahan Erbakan, militer menilai Erbakan dan partainya yang berhaluan Islam membahayakan ideologi sekular yang dianut Turki.

Pada 28 Februari 1997 para pemimpin militer Turki yang tergabung dalam Dewan Keamanan Nasional menerbitkan memorandum yang mendesak agar Erbakan turun dari jabatannya dan mengakhiri pemerintahan koalisi.

Dalam memorandum itu, militer Turki mendesakkan beberapa hal kepada Erbakan antara lain memastikan pendidikan dasar delapan tahun, menutup sebagian besar madrasah yang dibuka di masa pemerintahannya dan penghapusan berbagai kelompok keagamaan.

Setelah dipaksa mundur, pemerintah Turki juga memberangus Partai Kesejahteraan dan sekali lagi Erbakan dilarang berkecimpung di dunia politik.

Erbakan juga dijatuhi hukuman penjara selama dua tahun dan empat bulan dalam skandal yang disebut dengan nama "Lost Trillion Case".

Kemunculan Erdogan

Meski dilarang berpolitik, Erbakan tetap menjadi guru politik bagi beberapa orang, salah satunya adalah Recep Tayyip Erdogan. Kedua orang ini sudah saling kenal sejak Erdogan masih menjadi mahasiswa di Universitas Marmara, Istanbul.

Sejak 1976, Erdogan bahkan sudah menjadi ketua Beyoglu, sayap kepemudaan Partai Penyelamat Nasional (MSP) pimpinan Erbakan dan pada 1985 menjadi ketua MSP wilayah Istanbul.

Erdogan memenangkan pemilu parlemen pada 1991 tetapi dia dilarang menduduki kursinya sebagai wakil rakyat, diduga karena afiliasi politiknya yang berhaluan kanan.

Pada pemilihan lokal 27 Maret 1994, Erdogan terpilih menjadi wali kota Istanbul. Saat itu, banyak yang khawatir Erdogan akan menegakkan Syariah Islam di kota itu.

Ternyata, Erdogan adalah politisi cerdas dan pragmatis. Dia mengesampingkan ideologinya dan membenahi masalah yang dihadapi warga Istanbul misalnya kurangnya pasokan air bersih, polusi udara dan kemacetan lalu lintas.

Selama masa pemerintahannya, semua masalah mendasar itu berhasil ditekannya, dia juga sukses mengurangi korupsi dan mengembalikan sebagian besar utang pemerintah Istanbul sebesar dua miliar dolar AS dan berhasil menarik investasi empat miliar dolar.

Pada 1998, Mahkamah Konstitusi Turki memutuskan Partai Kesejahteraan dinyatakan tak sesuai dengan konstitusi karena mengancam sekularime.

Berdasar keputusan mahkamah konstitusi itu partai tersebut diberangus dan Erdogan menjelma dari politisi menjadi aktivis unjuk rasa menentang keputusan pemerintah itu.

Pada Desember 1997, Erdogan membacakan sebuah puisi karya Ziya Gokalp, seorang aktivis pan-Turkisme awal abad ke-20.

Dalam puisi itu Erdogan menyebut bahwa masjid adalah barak, kubah adalah helm tempyr, menara masjid adalah bayonet dan iman adalah tentaranya.

Karena puisi aslinya tidak berbunyi seperti itu, pemerintah menangkap Erdogan karena dianggap memicu kekerasan serta menyuarakan kebencian rasial atau agama.

Pengadilan menjatuhkan hukuman penjara 10 bulan, tetapi Erdogan hanya menjalani selama empat bulan mulai Maret hingga Juli 1999. Selain itu Erdogan juga dilarang berpolitik dan ikut pemilihan anggota parlemen.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com