Dia berada di dapur saat mendengar tembakan beruntun.
"Bunyi tembakan terdengar lama sekali. Setidaknya dua sampai tiga menit tembakan tak berhenti. Bisakah Anda bayangkan? Saya lari ke bawah dan melihat tiga jenazah di lantai."
"Saya tidak ingin mendekat dan mengingat terus apa yang saya lihat," katanya. "Saya tahu, saya akan sulit tidur. Saya punya anak perempuan berusia 11 tahun yang tak mau ke luar rumah. Sangat buruk."
"Saya sangat marah," katanya. "Benar-benar marah. Ini orang biasa, mereka tidak minta jadi korban."
"Saya rasa saya harus bersyukur, harusnya saya bertemu beberapa orang di sini malam ini, tetapi batal."
Casa Nostra berada di timur arrondissement 11, daerah yang dihuni oleh banyak warga Muslim dan keturunan Arab. Lugon terkejut daerahnya menjadi sasaran serangan.
"Mereka tidak pergi ke arrondissement 16 atau daerah orang kaya lainnya sehingga imigran terlihat menonjol. Kenapa di sini?"
Di arrondissement 18 yang juga salah satu pusat tempat tinggal warga Muslim Paris, kemarahan tampak jelas.
"Kami bukan mereka," kata Jamal, 44, tentang para penyerang. "Kami tidak ada hubungannya dengan mereka. Kami merasa jijik."
Dia khawatir akan dampak yang lebih luas dari penyerangan ini terhadap komunitas Muslim.
"Orang Perancis tidak menerima kami," katanya.