Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 11/10/2015, 10:00 WIB
EditorEgidius Patnistik

ANKARA, KOMPAS.com - Setidaknya 95 orang tewas di Ankara, Turki, ketika sepasang bom yang dipasang dua tersangka penyerang bunuh diri meledak dalam kerumunan massa aktivis sayap kiri dan pro-Kurdi saat mereka menggelar aksi damai pada Sabtu (10/10/2015) kemarin. Peristiwa tersebut merupakan serangan paling mematikan dalam sejarah Turki.

Ledakan kembar itu, yang terjadi dekat stasiun kereta api utama Ankara, meningkatkan ketegangan menjelang pemilihan umum Turki pada 1 November mendatang. Suasana sesungguh telah tegang selama ini di tengah serangan  pemerintah terhadap kaum militan Kurdi.

Mayat-mayat para demonstran yang tewas terlihat berserakan di lokasi kejadian setelah ledakan, sementara spanduk-spanduk yang mereka bawa dalam unjuk rasa itu yang bertulis "Kerja, Perdamaian dan Demokrasi" tergeletak di samping mereka.

Serangan tersebut juga menyebabkan 246 orang terluka, 48 di antaranya berada dalam perawatan intensif. Demikian menurut data korban yang telah diperbarui dan diumumkan oleh kantor Perdana Menteri Ahmet Davutoglu.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam apa yang ia sebut sebagai "serangan keji" yang ingin menyasar "persatuan dan perdamaian negara kita".

Davutoglu telah menyatakan tiga hari berkabung. Ia mengatakan, ada "tanda-tanda yang kuat" bahwa serangan itu dilakukan oleh dua pengebom bunuh diri.

Aksi protes yang dimulai pukul 12 siang itu menuntut diakhirinya konflik berdarah antara separatis Kurdi, PKK, dengan tentara pemerintah. Partai pro-Kurdi HDP yang merupakan salah satu penyelenggara protes itu menyatakan bahwa anggota mereka menjadi sasaran utama pengeboman tersebut. Pemimpin HDP menyalahkan negara atas serangan, yang disebutnya sebagai "pembunuhan besar-besaran" itu, dan membatalkan semua pawai pemilu.

PKK pada Sabtu menyerukan kepada pasukannya untuk menghentikan kegiatan gerilya di Turki kecuali jika mereka diserang lebih dulu. Sebuah pernyataan dari kelompok pelindung mereka menyatakan bahwa kekuatan mereka, "tak akan melakukan kegiatan apa pun yang menghalangi atau merugikan terselenggaranya pemilu yang adil dan seimbang".

Ledakan kemarin itu terjadi sesaat sesudah pukul 10 pagi ketika kerumunan sudah mulai terbentuk menjelang demonstrasi. Sebuah video amatir memperlihatkan sekelompok orang muda berpegangan tangan dan bernyanyi sebelum terjadinya ledakan.

Terjadi kekacauan setelah ledakan itu, ketika ambulans bergegas untuk menolong yang terluka dan saat polisi mengepung daerah yang bernoda darah di sekitar stasiun kereta api. Bulent Tekdemir, yang berada dekat pawai protes mengatakan kepada BBC bahwa polisi meggunakan gas air mata "segera sesudah bom meledak" dan "tak mengizinkan ambulans lewat". Penduduk setempat mengatakan orang-orang yang marah mencoba menyerang kendaraan polisi sesudah ledakan.

"Kami mendengar sebuah ledakan besar dan kemudian sebuah ledakan yang lebih kecil. Setelahnya terjadi kepanikan. Lalu kami melihat mayat-mayat di sekitar stasiun," kata Ahmet Onen, 52. "Sebuah demonstrasi yang mempromosikan perdamaian telah berubah menjadi pembantaian, saya tidak mengerti ini," katanya sambil terisak.

HDP lewat akun Twitter resmi mereka menyatakan polisi "menyerang" orang-orang yang berusaha menolong korban keluar dari lokasi.

Kecaman internasional terhadap aksi itu langsung bermunculan. Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan "kesedihan dan kecemasan" atas serangan itu, sementara Presiden AS Barack Obama dan Rusia Vladimir Putin menyampaikan belasungkawa mereka untuk Erdogan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke