Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obama Tunda Serangan ke Suriah

Kompas.com - 11/09/2013, 10:48 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.COM — Presiden AS Barack Obama, Selasa (10/9) waktu Amerika, mengumumkan untuk menunda rencananya menyerang Suriah. Penundaan terjadi setelah rezim Bashar al Assad menyetujui usulan Rusia untuk mengumpulkan dan menghancurkan senjata kimianya.

Dalam sebuah pidato dari Gedung Putih, Obama mengatakan bahwa dia telah meminta anggota parlemen AS untuk menunda pengumpulan suara tentang apakah mereka akan memberikan kekuasaan terhadap aksi militer, sementara Washington mempelajari usulan Rusia tersebut. Obama mengatakan, dirinya akan melakukan kontak pribadi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dan akan mengirim Menteri Luar Negeri AS John Kerry ke Geneva untuk melakukan pembicaraan pada Kamis besok dengan rekannya dari Rusia.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah tawaran ini akan berhasil, dan setiap kesepakatan harus memastikan bahwa rezim Assad menjaga komitmennya," kata Obama. "Namun, inisiatif ini punya potensi untuk menyingkirkan ancaman senjata kimia tanpa menggunakan kekuatan, terutama karena Rusia merupakan salah satu sekutu terkuat Assad."

Obama mengatakan, kapal-kapal angkatan laut AS yang dilengkapi rudal tetap ditempatkan di Laut Tengah bagian timur. Kapal-kapal itu siap untuk melancarkan serangan sebagai bentuk hukuman terhadap Suriah.

Dibandingkan dengan retorika beberapa pekan terakhir, saat para pejabat Pentagon mengatakan kepada wartawan bahwa sebuah tembakan serentak rudal bisa terjadi dalam beberapa hari, pidato Obama kali ini jelas merupakan poin penting menuju diplomasi.

Obama membuat ancaman serangan terhadap Suriah dalam menanggapi dugaan serangan gas sarin pada 21 Agustus. Saat itu pasukan Suriah diduga telah menewaskan 1.400 orang di pinggiran kota Damaskus yang dikuasai pemberontak dengan menggunakan gas beracun tersebut.

Obama sekali lagi membela opsi militer dalam suatu bagian yang emosional dari pidatonya itu ketika menyinggung kengerian pembantaian yang terjadi. Ia mengatakan bahwa membiarkan seorang diktator menggunakan senjata kimia akan mengancam keamanan AS. Namun, dia memberikan jaminan bahwa tidak akan ada kekuatan militer yang digunakan sampai para inspektur senjata PBB menyampaikan laporan mereka tentang apa yang terjadi.

Sementara itu, Suriah telah berjanji untuk menyingkirkan senjata kimianya. Pemerintah Suriah menerima usul Rusia untuk menempatkan senjata kimianya di bawah pengawasan internasional untuk kemudian memusnahkannya. Suriah mengatakan, pihaknya akan menandatangani perjanjian PBB yang melarang penggunaan senjata kimia.

Menteri Luar Negeri Suriah Walid al Muallem mengatakan kepada kantor berita Rusia, Interfax, "Kami siap menyampaikan di mana saja senjata-senjata kimia itu, untuk menghentikan produksinya dan menunjukkan instalasinya kepada perwakilan Rusia, negara-negara lain, dan PBB. Kami ingin bergabung dengan perjanjian pelarangan senjata kimia. Kami akan menjaga komitmen kami terkait perjanjian itu, termasuk memberikan informasi mengenai senjata tersebut."

Suriah merupakan salah satu dari tujuh negara anggota PBB yang belum menandatangani traktat tahun 1993 tentang pelarangan senjata kimia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com