Salin Artikel

Kisah Caitlan Boyle, Dipukul dan Diperkosa Taliban Saat Ditawan 5 Tahun

Caitlan Coleman Boyle, perempuan berusia 31 tahun, asal Stewartstown, Pennylvania, yang diculik ketika berwisata ke Afganistan bersama suamninya, Joshua Boyle, seorang warga negara Kanada.

Dia menceritakan kepada ABC News yang ditayangkan pada Senin (20/11/2017), tentang kebrutalan anggota Taliban dalam memperlakukan keluarganya selama lima tahun. Caitlan menerima pukulan, dan bahkan perkosaan.

Caitlan mengatakan beberapa penjaga membenci anak-anaknya, dan kerap memukul putra sulungnya dengan tongkat. Mereka beralasan putranya sering membuat masalah dan terlalu berisik.

Ketika dia berusaha untuk menghalangi aksi para penjaga yang mengincar anaknya, Caitlan malah dipukul.

"Saya dipukul, ditendang, dan dilempar ke tanah," katanya.

Joshua menuturkan, istrinya mengalami luka serius ketika berdebat dengan penawan untuk menjauh dari anak-anaknya.

"Tulang pipinya patah. Dia (Caitlan) bahkan pernah mematahkan tangan dan jarinya ketika memukul mereka, dia bangga dengan luka itu," ujarnya.

Paling menyedihkan lagi, ketika para penawan membunuh janin di rahimnya dengan aborsi. Kemudian, dia diperkosa secara bergantian oleh dua orang karena melaporkan tindakan keji mereka ke pimpinan kelompok itu.

"Mereka terus berkata hal ini (perkosaan) akan terus terjadi jika kami tidak berhenti membicarakan tentang pemaksaan aborsi," kata Caitlan.

"Fokus kami untuk mencoba meminta pertanggungjawaban mereka atas pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia terhadap kami dan orang lain," ucap Joshua.

Pasangan itu diculik ketika berwisata ke timur Afganistan, di wilayah konflik di Provinsi Ghazni pada 2012.

Jaringan Haqqani, kelompok ekstremis Taliban Afganistan, menangkap dan memenjarakan mereka. Kemudian, memindahkan keduanya ke Pakistan.

Kala itu, Caitlan sedang mengandung anak sulungnya. Kemudian dia melahirkan dua anak lainnya selama diculik.

Hanya Joshua yang membantu proses persalinan istrinya. Tak ada dokter yang menolong.

Keluarga Boyle berpindah-pindah tempat ketika ditawan di Pakistan. Selama terbelenggu dalam penawanan, keluarga itu hanya tinggal pada sebuah kamar, biasanya di bawah tanah, tak jarang juga hanya beralaskan beton dan lantai kotor.

Mereka menggunakan barang-barang tak terpakai di ruangan itu untuk menyelimuti anak-anak mereka.

"Kami mengajari mereka bagaimana membuka tutup botol atau memanfaatkan kardus bekas. Apapun kami gunakan untuk bisa bermain bersama mereka," kata Caitlan.

Joshua mengajari abjad, geografi, dan perbintangan ke putra tertuanya. Mereka mencoba hal terbaik untuk membuat suasana mencekam sedikit menyenangkan.

Mereka menceritakan sejarah Inggris tentang kisah eksekusi mati Raja Charles I pada 1649, untuk membuat permainan pemenggalan kepala, sehingga mengurangi ketakutan putra sulungnya jika para penculik melakukan hal yang sama ke Joshua atau Caitlan.

"Dia tahu hal seperti itu bisa terjadi pada keluarganya. Dia sangat senang berpura-pura menjadi Oliver Cromwell yang mengejar Raja Charles I dan mencoba memenggalnya," kata Caitlin.

Sebelumnya, Pemerintah AS telah merencanakan serangan komando untuk menyelamatkan keluarga tersebut. Namun, pejabat setempat terkejut ketika keluarga Boyle justru berada di tahanan militer Paskistan.

Joshua memastikan ada baku tembak ketika mereka diselamatkan dari penawanan.

Kini, keduanya fokus untuk merajut masa depan dalam keluarganya. Caitlan menyebut anak-anak mendapat trauma berat selama bertahun-tahun ditawan.

"Aku berharap mereka menemukan kebahagiaan dan keceriaan untuk menyembuhkan trauma itu," katanya.

https://internasional.kompas.com/read/2017/11/21/15493061/kisah-caitlan-boyle-dipukul-dan-diperkosa-taliban-saat-ditawan-5-tahun

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke