Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saleh Tewas, Siapa Pemimpin Negara Era Revolusi Arab yang Masih Hidup?

Kompas.com - 05/12/2017, 14:08 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber Al Jazeera


SANAA, KOMPAS.com - Terbunuhnya mantan presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, oleh pemberontak Houthi pada Senin (4/12/2017) waktu setempat, menandai berakhirnya hidup salah satu pemimpin negara Arab yang diturunkan dalam Revolusi Arab atau Arab Spring.

Insiden kematian Saleh terjadi setelah dia mengumumkan penghentian kerjasama dengan kelompok Houthi pada Sabtu sebelumnya, dalam sebuah gerakan yang diatur oleh Uni Emirat Arab, salah satu kekuatan utama dalam koalisi pimpinan Arab Saudi yang memerangi Houthi.

Saleh memerintah Yaman Utara sejak 1978, sebelum Yaman Utara dan Selatan bersatu pada 1990.

Kemudian, Saleh disumpah menjadi presiden Yaman yang telah bersatu. Dia menjadi presiden hingga 2012, dan secara resmi menyerahkan kekuasaannya pada Abedrabbo Mansour Hadi, seorang presiden yang didukung Saudi untuk melawan Houthi.

Baca juga : Terbunuh, Ini Sepak Terjang Mantan Diktator Yaman

Pengunduran diri Saleh dari kursi kepresidenan diikuti dengan revolusi Yaman, yang menjadi bagian dari Arab Spring yang terus meluas pada 2011.

Gerakan itu juga terjadi di Tunisia, Mesir, Suriah, dan Libya, di mana para pemimpin negara tersebut menjadi sasaran utama.

Lalu, di manakah para pemimpin negara di era Revolusi Arab?

Dilansir dari Al Jazeera, Senin (4/12/2017), berikut status terkini para pemimpin negara tersebut.

Tunisia: Zine El Abidine Ben Ali

Arab Spring dimulai pada Desember 2010 dengan iringan protes terhadap presiden Tunisia, Zine el Abidine Ben Ali.

Ben Ali memerintah negara tersebut melalui aksi kudeta pada 1987. Namun, inflasi terus melonjak, pengangguran bertambah, penindasan terus terjadi, dan isu lainnya menjadi faktor terjadinya pemberontakan pada 2010.

Baca juga : Tunisia Perpanjang Status Darurat hingga 4 Bulan Lagi

Apa yang membuat Revolusi Arab meletus? Mohammed Bouazizi, menjadi satu-satunya pencari nafkah di keluarganya yang berjumlah 8 orang. Dia menyalakan api di kota Sidi Bouzid, sekitar 300 km dari selatan Tunis. Dia memprotes kemiskinan di Tunisia.

Aksi terus meluas dan membuat Ben Ali mengundurkan diri, tiga pekan setelah protes massa membanjiri Tunisia. Dia melarikan diri ke Arab Saudi. Dia dan istrinya, Leila, dituduh melakukan korupsi, pencurian, dan kepemilikan tidak sah atas uang dan perhiasan.

Mereka dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman 35 tahun penjara pada Juni 2011.

Tunisia meminta Arab Saudi untuk menyerahkan Ben Ali dan istrinya. Namun, pemerintah Saudi mengabaikan permintaan tersebut.

Saat ini, Ben Ali tinggal di Arab Saudi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com