CALIFORNIA, KOMPAS.com - Facebook membeberkan adanya keterkaitan Rusia dalam 80.000 postingan yang meramaikan lini masa selama periode pergantian kekuasaan di Amerika Serikat.
Keseluruhan postingan itu diterbitkan oleh operator yang berbasis di Rusia.
Dikutip dari CNBC, Selasa (31/10/2017), penasihat umum Facebook, Colin Stretch mengatakan, 80.000 postingan dari Badan Penelitian Internet Rusia itu hanya sedikit dari konten di Facebook.
Setidaknya, setara dengan 1 dari 23.000 postingan. Namun demikian, puluhan ribu postingan yang diunggah di media sosial itu setidaknya sudah dilihat 126 juta warga AS.
Baca juga : Facebook Uji Fitur Langganan Berita
Stretch mengungkapkan, aktivitas postingan tersebut lebih banyak menggunakan akun palsu. Unggahan konten itu juga telah melanggar persyaratan layanan Facebook.
"Tindakan itu bertentangan dengan misi Facebook untuk membangun komunitas dan semua hal yang kita perjuangkan," tulisnya dalam sebuah testimoni.
"Kami bertekad untuk melakukan apapun untuk mengatasi ancaman ini," tambahnya.
Sebanyak 80.000 postingan tersebut diunggah antara Juni 2015 hingga Agustus 2017.
Mayoritas postingan berfokus pada pesan sosial dan politik yang bersifat memecah belah, seperti mengenai hubungan ras dan hak kepemilikan senjata.
Sky News menulis, detil dari laporan Facebook akan dirilis dalam testimoni tertulis dan diserahkan ke Kongres sebelum rapat komite dilakukan pada pekan ini.
Komite Kongres tersebut tengah menginvestigasi dugaan upaya Rusia dalam menyebarkan informasi yang salah menjelang beberapa bulan sebelum pemilu presiden AS.
Namun, pemerintah Rusia membantah tuduhan itu.
Baca juga : Twitter Hapus 200 Akun Terkait Rusia
Sementara, Twitter sudah menyampaikan ke Kongres terkait temuan 2.752 akun yang terkait dengan agensi yang sama asal Rusia.
Kemudian, Twitter menangguhkan akun-akun tersebut dan menyerahkan rinciannya ke penyidik Kongres. Ada sekitar 1,4 juta tweet otomatis mengenai pemilu AS.
Dalam testimoni tertulis, Twitter menyampaikan aktor canggih manipulasi unggahan seputar pemilu merupakan tantangan baru.