Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

40 Militan Sempalan Al Qaeda Tewas akibat Serangan Udara di Suriah

Kompas.com - 20/01/2017, 15:14 WIB

BEIRUT, KOMPAS.com – Lebih dari 40 militan Jabhat Fateh al-Sham, kelompok yang pernah berafiliasi dengan Al Qaeda, tewas akibat serangan udara yang menyasar kamp mereka di Suriah, Kamis (19/1/2017) malam.

Jabhat Fateh al-Sham, ketika masih berafiliasi dengan Al Qaeda menamakan dirinya Front al-Nusra, sebagaimana dilaporkan kantor berita Agence France-Presse.

Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) melaporkan, belum diketahui secara pasti siapa yang melancarkan serangan udara di Provinsi Aleppo tersebut.

Selain militer Suriah dan sekutunya, Rusia, Amerika Serikat juga sebelumnya hingga beberapa pekan terakhir telah pernah melakukan serangan udara melawan Jabhat Fateh al-Sham.

Sementara itu kantor berita Reuters melaporkan, Presiden Suriah Bashar al-Assad menyatakan yakin mencapai kesepakatan rujuk dengan oposisi dalam perundingan damai di Astana, ibu kota Kazakhstan, Astana, yang dimediasi Rusia.

Bashar, dalam wawancara dengan stasiun televisi Jepang, juga yakin kelompok gerilyawan tersebut melucuti senjata dan menerima ampunan dari pemerintah.

Di sisi lain, dalam wawancara tersebut, Assad mengatakan tidak yakin perundingan di Astana, yang dijadwalkan berlangsung pada pekan depan, bisa menghasilkan dialog politik sehat karena belum jelas siapa akan berperanserta.

Ia berharap pertemuan di Astana menjadi awal dari perundingan menyeluruh dengan kelompok gerilyawan.

Pemerintah Suriah selama ini lebih memilih kesepakatan rujuk pribadi dengan kelompok gerilyawan setempat.

Dengan kesepakatan pribadi itu, kelompok penguasa daerah tertentu akan menyerah setelah bertahun-tahun menghadapi kepungan dan bombardir tentara.

Rusia berhasil menjadi pemrakarsa perjanjian baru setelah angkatan udara negara tersebut berhasil membantu pasukan pemerintah Suriah merebut kembali wilayah timur Aleppo pada bulan lalu.

Ini adalah kekalahan terbesar kelompok oposisi dalam perang saudara yang telah berlangsung hampir enam tahun.

"Sejauh ini, kami yakin perundingan di Astana akan fokus pada bagaimana mencapai gencatan senjata dengan kelompok teroris dan baru kemudian rujuk," kata Assad dalam wawancara tersebut.

Rusia, yang merupakan sekutu terbesar Assad, telah memainkan peran penting dalam persiapan perundingan di Astana dengan bantuan dari Iran dan Turki – sebuah negara yang sebelumnya mendukung gerilyawan namun kemudian mengubah prioritas dengan memerangi kelompok Kurdi dan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah.

Sejumlah kelompok gerilyawan bersenjata yang disponsori Turki telah menyatakan kesediaan untuk menghadiri perundingan di Astana.

Mereka mendesak agar perundingan itu fokus memperkuat gencatan senjata yang telah diupayakan oleh Rusia dan Turki pada bulan lalu.

Gerilyawan menuding pemerintah telah melanggar kesepakatan gencatan senjata beberapa kali, termasuk di wilayah Wadi Barada di dekat Damaskus.

Di wilayah itu, pasukan pemerintah dan petempur Hezbollah menggelar gerakan untuk merebut kembali sumber mata air, yang dikuasai gerilyawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com