Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peta Politik Turki Pasca Kudeta Gagal

Kompas.com - 19/07/2016, 19:20 WIB

Media massa dan para pengamat di dalam dan di luar Turki, Senin (18/7), masih terus mengulas upaya kudeta yang gagal di Turki pada Jumat (15/7/2016) malam.

Media dan pengamat masih terkejut terhadap usaha kudeta yang kemudian bisa ditumpas hanya dalam tempo lima jam.

Segera muncul pula banyak analisis tentang mengapa upaya kudeta di Turki kali ini begitu cepat bisa ditumpas.

Padahal, empat kudeta di Turki sebelum ini, yakni kudeta tahun 1960, 1971, 1980, dan 1997, berhasil mulus.

Banyak analis menyebut, wajah peta politik di Turki sudah jauh berbeda antara dahulu dan sekarang.

Empat kudeta militer sebelum ini digerakkan dalam konteks peta perpolitikan Turki zaman dahulu, yakni pertarungan antara kaum Islamis dan kaum sekuler.

Kudeta militer di Turki saat itu selalu berhasil gemilang karena mengusung dalih menjaga ajaran sekuler pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk.

Aksi kudeta militer saat itu pun langsung mendapat dukungan berbagai komunitas dan partai sekuler, terutama yang beraliran ideologi Ataturkisme, seperti Partai Rakyat Republik (CHP).

Seperti dimaklumi, pasca berdirinya Turki modern tahun 1923, pertarungan sengit antara kaum Islamis dan kaum sekuler muncul lagi di panggung politik Turki.

Terutama sejak 1950-an hingga kemenangan mutlak Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada pemilu tahun 2002.

Setelah tahun 2002 hingga sekarang, kubu Islamis yang dipimpin AKP memegang kendali politik dan ekonomi.

Dalam waktu yang sama, ada kekuatan Islamis lain, yaitu Jamaah Fethullah Gulen yang dikenal dengan sebutan Gulenis atau Hezmet.

Teman seperjuangan

Gulen sejatinya adalah teman seperjuangan Recep Tayyip Erdogan dalam membangun kekuatan Islamis di Turki sejak tahun 1970-an.

Kejayaan Islamis di Turki sejak tahun 2002 juga sekaligus mengangkat pamor Jamaah Fethullah Gulen.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com