Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lari dari Boko Haram, Pria Nigeria Malah Tewas Dikeroyok di Italia

Kompas.com - 07/07/2016, 20:18 WIB

ROMA, KOMPAS.com - Seorang pengungsi asal Nigeria tewas dipukuli saat membela istrinya yang mendapat serangan rasialis di sebuah kota kecil di wilayah utara Italia.

Emmanuel Chidi Namdi (36) dan istrinya, Chinyery, kabur ke Italia tahun lalu setelah lolos dari serangan kelompok Boko Haram yang menewaskan keluarga mereka.

Pasangan ini sedang berjalan-jalan di kota Fermo di kawasan Marche, Selasa (5/7/2016), ketika mereka dilecehkan oleh para pendukung klub sepak bola setempat.

Seorang pria kemudian menyebut istri Namdi yang berusia 24 tahun itu dengan sebutan "monyet". Saat Namdi membalas hinaan itu, para pria tersebut mengeroyok Namdi hingga koma sebelum meninggal dunia pada Rabu (6/7/2016).

Pada Kamis (7/7/2016), polisi setempat menangkap Amedeo Mancini (38) yang diduga terlibat dalam pembunuhan Namdi.

Kejadian itu langsung mendapat kecaman keras dari PM Matteo Renzi dan mengatakan pemerintahannya menentang kebencian dan kekerasan berlatar rasial.

Bahkan, Menteri Dalam Negeri Angelino Alfano berangkat ke kota Fermo untuk menghadiri pertemuan komite keamanan di kota tersebut.

Kedatangan para imigran ini menjadi isu yang memecah warga kota Fermo. Gereja lokal yang menyambut para imigran menjadi sasaran empat serangan bom dalam beberapa bulan terakhir.

Meski serangan itu tidak menimbulkan kerusakan atau korban, tetapi suasana di kota berpenduduk 4.000 jiwa itu tetap tegang.

"Sebagai wali kota yang menyambut dan terbuka terhadap integrasi, saya merasa hidup di dalam mimpi buruk," kata Pailo Calcinaro, wali kota Fermo.

Namdi dan istrinya tiba di Fermo pada September tahun lalu dan sangat didukung gereja Katolik setempat. Pasangan ini mencapai Italia setelah menyeberangi Laut Tengah dan mencoba meninggalkan masa lalu mereka.

"Emmanuel (Namdi) selalu tersenyum, penuh antusiasme dan memiliki rencana untuk masa depan," kata rohaniwan setempat, Pastor Vinicio Albanesi yang mengenal pasangan ini kepada harian La Repubblica.

"Dia memimpikan sebuah pekerjaan, rumah dan di atas segalanya, visa untuk tetap tinggal di Italia," tambah Albanesi.

Albanesi mengatakan, kematian Namdi menjadi pertanda masih adanya xenofobia dan rasialisme. Meski demikian, lanjut Albanesi, warga harus terus memperjuangkan integrasi di kota itu.

Sementara itu, Matteo Salvini, ketua kelompok anti-imigran Liga Utara, mengecam pembunuhan Namdi seraya mengatakan insiden itu merupakan pertanda tak terkendalinya imigran ilegal di Italia.

"Ini adalah sebuah bukti bahwa imigran ilegal tak terkendali dan ini sebenarnya merupakan invasi yang terorganisasi dan tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik," kata Salvini lewat akun Facebooknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com