Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah WNI yang "Dilarikan" dari Ibu Kota ISIS di Suriah

Kompas.com - 17/03/2016, 09:20 WIB
DAMASKUS, KOMPAS.com — Sri Rahayu datang dari Sumbawa, NTB, ke Suriah pada 2 Februari 2011 lewat agen tenaga kerja PT Binhasan Maju Sejahtera dan agen Sana asal Suriah.
Sri kemudian diperkerjakan sebagai asisten rumah tangga selama 2,5 tahun di kota Aleppo.

Selang 2,5 tahun berlalu, Sri tidak dipulangkan, tetapi malah "dijual" kembali oleh agen Sana ke majikan baru bernama Abdul Azim al-Ujaeli di kota Raqqa.

Agen tenaga kerja asal Suriah itu, menurut diplomat Indonesia di Suriah, membohongi Sri dengan mengatakan KBRI di Damaskus tutup dan tak ada penerbangan ke Indonesia.

Saat itu, kota Raqqa masih dikuasai Tentara Pembebasan Suriah (FSA). Namun, pada akhir 2013, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merebut Raqqa dan mengklaim kota tersebut sebagai "ibu kota" mereka.

Selama dua tahun bekerja di Raqqa, Sri Rahayu digaji dengan baik oleh majikannya, Abdul Azim al-Ujaeli, yang dulu berprofesi sebagai insinyur.

Sri Rahayu bertugas untuk merawat majikannya yang sudah tua dan tinggal seorang diri, sementara anak-anak majikannya sudah keluar dari Raqqa.

Majikan Sri Rahayu bukan simpatisan ISIS, melainkan penduduk asli Raqqa yang terjebak di kota itu karena usia senja.

Selama tinggal dan bekerja di kota Raqqa, Sri Rahayu menyaksikan secara langsung ISIS memasuki kota tersebut. Dia mengaku mendengar orang-orang berlarian sambil berteriak ketakutan saat ISIS menguasai kota dan merebut gudang senjata milik Batalyon 17 AD Suriah.

Sejak saat itu, ISIS menguasai kota dan bendera hitam menjadi pemandangan lazim di kota Raqqa.

Selama tinggal di bawah kontrol ISIS, Sri Rahayu selalu mengenakan pakaian hitam dengan cadar menutup rapat wajahnya ketika keluar rumah atau sekadar membersihkan halaman agar tidak diketahui berasal dari Indonesia.

Suatu hari, ketika berbelanja di Pasar Raqqa, ia melihat kepala-kepala manusia dijejerkan di pinggir jalan setelah dipenggal. Melihat pemandangan mengerikan itu, Sri batal berbelanja dan lari pulang ketakutan.

Dari bahasa dan logat bicaranya, Sri Rahayu mengenali banyak tentara ISIS berasal dari Arab Saudi, Tunisia, India, dan beberapa orang kulit putih, tetapi dia tidak pernah bertemu dengan orang Indonesia.

Pada hari lain, perempuan yang pernah bekerja di Arab Saudi selama 20 tahun itu disuruh majikannya untuk membeli rokok secara sembunyi-sembunyi.

Sri tahu ISIS mengharamkan rokok dan akan menghukum keras para perokok. Sebelum tiba di tempat penjual rokok, ia dicegat beberapa anggota ISIS dan lalu ditanya dirinya akan pergi.

"Saya akan membeli sesuatu ke pasar," jawab Sri.

Tentara ISIS tersebut lantas memerintahkan ia untuk kembali ke rumah karena tidak didampingi oleh lelaki muhrimnya.

"Untung rokok belum di tangan," kenang Sri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com