Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Propaganda, Korea Utara Kirim "Puntung Rokok" ke Korea Selatan

Kompas.com - 05/02/2016, 07:18 WIB
SEOUL, KOMPAS.com — Korea Utara kerap menyebut Korea Selatan sebagai tanah "kotoran politik" dan para pemimpinnya, termasuk Presiden Park Geun-hye, sebagai "sampah manusia".

Hinaan itu disampaikan Korea Utara dengan mengirim balon-balon bermuatan benda tak biasa ke Korea Selatan, Kamis (4/2/2016). Benda tak biasa itu oleh Kepolisian Korea Selatan disebut "puntung rokok".

Perang propaganda antara Korea Utara dan Korea Selatan meningkat sejak 6 Januari kemarin ketika Korea Utara menjalankan uji nuklir keempatnya.

Korea Selatan menyalakan musik pop melalui pengeras suara berkekuatan tinggi dan melontarkan kritik terhadap pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.

Sementara itu, Korea Utara mengirimkan balon berisi selebaran ke Korea Selatan.

Balon-balon itu dilengkapi detonator dan jika meledak akan menghamburkan ribuan pesan yang salah satunya menyebut Park sebagai "presiden kotoran".

Beberapa dari balon itu gagal meledak dan hinggap di atap-atap rumah serta mobil warga Korea Selatan.

Warga dan kepolisian setempat mengatakan, muatan balon dari Korea Utara belum pernah dilihat sebelumnya.

"Kami bisa konfirmasikan bahwa muatan-muatan balon itu termasuk puntung rokok," kata seorang inspektur kepala polisi, Kamis (4/2/2016), tanpa menyebut detail puntung rokok tersebut.

Polisi dan Menteri Pertahanan Korea Selatan menolak saat dikonfirmasi terkait propaganda baru Korea Utara.

Koran harian Korea, JoongAng, Kamis, melaporkan bahwa penemuan balon itu memicu kekhawatiran warga bahwa Korea Utara sewaktu-waktu bisa saja mengirimkan balon berisi muatan kimia yang berbahaya. Namun, penyelidikan menyebutkan bahwa balon itu hanyalah bermuatan sampah.

Pengeras suara dan balon propaganda merupakan senjata favorit "perang psikologis" yang digunakan dua Korea itu selama Perang Dingin.

Kedua belah pihak sempat menghentikan perang tersebut setelah pertemuan pada tahun 2000 yang menyepakati rekonsiliasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com