Lindner, nama perusahaan tersebut, menggunakan perempuan-perempuan berpose telanjang bersama dengan peti-peti mati. Foto-foto seksi itu kemudian dikumpulkan untuk satu edisi kalender perusahaan.
Manajemen perusahaan itu mengklaim bahwa penggunaan para perempuan telanjang itu untuk sedikit memberi warna untuk produk mereka yang sangat dekat dengan nuansa "gelap" itu.
"Setiap edisi sangat berbeda dan saat kami memiliki terlalu banyak model perempuan, maka pelanggan perempuan akan mengeluh. Namun, jika terlalu banyak pria yang ditampilkan, maka pelanggan pria yang mengeluh," kata juru bicara Lindner, Bartel Lindner.
"Sehingga, kami menggabungkan pria dan wanita dalam satu edisi kalender sebagai bentuk dari kompromi," tambah Bartek.
Sementara itu, pemilik perusahaan, Zbigniew Lndner, mengatakan, ide kalender perusahaan menggunakan pose perempuan telanjang itu adalah ide anak laki-lakinya.
"Kami ingin menunjukkan bahwa peti mati tidak seharusnya menjadi sebuah obyek yang sakral. Peti mati hanyalah jenis furnitur, itu adalah tempat tidur terakhir manusia. Peti mati bukan simbol religius. Ini sekadar sebuah produk," ujar Zbigniew.
Meski demikian, Gereja Katolik tak bisa menerima penjelasan Zbigniew itu. Gereja Katolik menyebut kalender produksi Lindner itu merupakan tindakan tidak senonoh.
Seorang juru bicara gereja mengatakan, kematian manusia seharusnya diperlakukan dengan kekhidmatan, bukan dicampur aduk dengan hasrat seksual.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.