ANKARA, KOMPAS.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa (2/8/2016), menyebut negara-negara Barat mendukung upaya kudeta militer yang gagal pada 15 Juli lalu.
Erdogan, yang menuding ulama Fethullah Gulen sebagai otak kudeta itu, juga menyebut skenario untuk merancang kudeta tersebut dirancang di luar Turki.
"Sayangnya, Barat mendukung teror dan berdiri bersama para pelaku kudeta," ujar Erdogan dalam pidatonya di istana kepresidenan Ankara.
Dalam kesempatan yang sama, Erdogan juga mengecam institusi peradilan Jerman yang melarang dirinya menyapa, lewat sambungan video, warga Turki di Jerman yang menggelar aksi anti-kudeta.
"Hebat! Untuk hal ini pengadilan Jerman bekerja dengan cepat!" kecam Erdogan.
Dia juga menuduh Jerman mengizinkan para pimpinan Partai Pekerja Kurdi (PKK) memberikan pidato kepada pendukungnya di negeri itu lewat sambungan video.
Lebih jauh, Erdogan juga menyatakan, semua perencanaan kudeta militer itu dilakukan dengan bantuan kekuatan asing.
"Kudeta ini tak dirancang di dalam negeri. Para aktor di dalam negeri bertindak atas skenario kudeta yang ditulis di luar negeri," tambah Erdogan.
"Bagaimana mungkin ini terjadi, saat kita adalah partner strategis tetapi kalian tetap menyembunyikan dan melindungi dia," ujar Erdogan merujuk AS yang belum mengekstradisi Gulen.
Hingga saat ini, pemerintah Turki masih mencoba dengan berbagai cara mendesak AS agar mengekstradisi Fethullah Gulen yang mengasingkan diri di negeri itu.
Sementara itu, aprat keamanan Turki menahan sekitar 100 orang staf termasuk dokter di sebuah rumah sakit militer utama di Ankara.
Bahkan pembersihan ini dikabarkan juga merembet ke ranah olahraga dengan dipecatnya puluhan wasit dan penjaga garis sepak bola negeri itu.